Senin malam (06/02) didepan Kelenteng
An Hwa Tian, ramai warga tua-muda menyaksikan “singa” menari. Puncak perayaan
Imlek, Cap Go Meh, merupakan hiburan tersendiri bagi warga Kotabaru, dan
Barongsai adalah maskotnya.
Zalyan Shodiqin Abdi, Kotabaru
Bunyi suara
tabuhan seperti Simbal (cai-cai),
Gong (Nong), dan Tambur iringi tarian dan liukan 3 Barongasi, sementara
anak-anak rebutan ambil angpao ditangan panitia. Meski dalam perayaan kali ini
Barongsai dimainkan oleh anak-anak remaja tapi terlihat kalau mereka luwes dan
terampil, hingga Barongsai sejatinya hanya kostum terlihat seolah hidup.
Penonton pun turut larut dalam hentakan tambur, wajah mereka sumringah.
Anak-anak
berebut, dan para orang tua dengan suka rela mengangkat anak mereka yang masih
balita ke atas pundak demi pandangannya leluasa. Jelas sekali, meski perayaan
itu adalah merupakan tradisi orang-orang Cina, namun warga pribumi Kotabaru
bisa berbaur menikmati setiap detik tarian Barongsai. “Pa, angkat Nanda, supaya
bisa melihat,” ujar anak kecil yang minta diangkat, agar pandangannya tak
terhalang.
Sementara di
atas terlihat bulan meski disaput awan, karena memang akhir-akhir ini di
Kotabaru sering hujan, beruntung malam itu tidak. Darman AS (Ang Hwa Bing),
yang dihampiri Radar Banjarmasin (06/02), mengisahkan kalau perayaan Cap Go Meh
adalah salah satu tradisi masyarakat Cina. “Perayaan ini dilaksankan tepat pada
malam ke-15 dari tahun baru Imlek, tujuannya adalah agar pada tahun ini warga
semua dalam keadaan sejahtera, dan tambah rezeki,” ujarnya.
Dia
menambahkan, perayaan Cap Go Meh kali ini juga sebagai ajang silaturahmi antar
warga keturunan Cina di Kotabaru dan masyarakat Kotabaru. Dan semoga,
tambahnya, generasi muda terus melestarikan warisan-warisan budaya leluhur,
karena merupakan sebuah kebanggan bagi masyarakat yang notabene punya beragam
tradisi kebudayaan.
Seusai acara
tarian Barongsai, dipercaya dapat mengusir roh-roh jahat, Ang Hwa Bing lantas
mengajak Radar pergi ke Kelenteng. Didalam terlihat beberapa warga turunan
Tionghoa khusuk berdoa, dan lainnya riang bercengkerama pelan sembari menikmati
hidangan spesial, lontong Imlek.
Mereka tampak
membaur dalam kekeluargaan, ruangan Kelenteng didominasi dengan kuning temaram
dari berbagai lilin seakan mendukung terciptanya suasana ramah. Seperti Wu
Chenxu, Guo Licheng dan Ye Deming dalam bukunya Zhongguo de Fengsu Xiguan
(Taipei 1977) mengatakan, bahwa bangsa Tionghoa adalah bangsa yang mengutamakan
kebersamaan dan tidak bersifat individualis, memang terbukti malam itu,
utamanya bagi warga Kotabaru.
Wow its a very good post. The information provided by you is really very good and helpful for me. Keep sharing good information..
BalasHapus2009 Jeep Commander AC Compressor