Sabtu, 17 Maret 2012

SEBUAH CERITA CAP GO MEH DARI KOTABARU


ADA “SINGA” MENARI HIBUR WARGA, BERBAUR DALAM KEBERSAMAAN

Senin malam (06/02) didepan Kelenteng An Hwa Tian, ramai warga tua-muda menyaksikan “singa” menari. Puncak perayaan Imlek, Cap Go Meh, merupakan hiburan tersendiri bagi warga Kotabaru, dan Barongsai adalah maskotnya.

Zalyan Shodiqin Abdi, Kotabaru

Bunyi suara tabuhan seperti Simbal (cai-cai), Gong (Nong), dan Tambur iringi tarian dan liukan 3 Barongasi, sementara anak-anak rebutan ambil angpao ditangan panitia. Meski dalam perayaan kali ini Barongsai dimainkan oleh anak-anak remaja tapi terlihat kalau mereka luwes dan terampil, hingga Barongsai sejatinya hanya kostum terlihat seolah hidup. Penonton pun turut larut dalam hentakan tambur, wajah mereka sumringah.

Anak-anak berebut, dan para orang tua dengan suka rela mengangkat anak mereka yang masih balita ke atas pundak demi pandangannya leluasa. Jelas sekali, meski perayaan itu adalah merupakan tradisi orang-orang Cina, namun warga pribumi Kotabaru bisa berbaur menikmati setiap detik tarian Barongsai. “Pa, angkat Nanda, supaya bisa melihat,” ujar anak kecil yang minta diangkat, agar pandangannya tak terhalang.

Sementara di atas terlihat bulan meski disaput awan, karena memang akhir-akhir ini di Kotabaru sering hujan, beruntung malam itu tidak. Darman AS (Ang Hwa Bing), yang dihampiri Radar Banjarmasin (06/02), mengisahkan kalau perayaan Cap Go Meh adalah salah satu tradisi masyarakat Cina. “Perayaan ini dilaksankan tepat pada malam ke-15 dari tahun baru Imlek, tujuannya adalah agar pada tahun ini warga semua dalam keadaan sejahtera, dan tambah rezeki,” ujarnya.

Dia menambahkan, perayaan Cap Go Meh kali ini juga sebagai ajang silaturahmi antar warga keturunan Cina di Kotabaru dan masyarakat Kotabaru. Dan semoga, tambahnya, generasi muda terus melestarikan warisan-warisan budaya leluhur, karena merupakan sebuah kebanggan bagi masyarakat yang notabene punya beragam tradisi kebudayaan.

Seusai acara tarian Barongsai, dipercaya dapat mengusir roh-roh jahat, Ang Hwa Bing lantas mengajak Radar pergi ke Kelenteng. Didalam terlihat beberapa warga turunan Tionghoa khusuk berdoa, dan lainnya riang bercengkerama pelan sembari menikmati hidangan spesial, lontong Imlek.

Mereka tampak membaur dalam kekeluargaan, ruangan Kelenteng didominasi dengan kuning temaram dari berbagai lilin seakan mendukung terciptanya suasana ramah. Seperti Wu Chenxu, Guo Licheng dan Ye Deming dalam bukunya Zhongguo de Fengsu Xiguan (Taipei 1977) mengatakan, bahwa bangsa Tionghoa adalah bangsa yang mengutamakan kebersamaan dan tidak bersifat individualis, memang terbukti malam itu, utamanya bagi warga Kotabaru.

1 komentar:

  1. Wow its a very good post. The information provided by you is really very good and helpful for me. Keep sharing good information..
    2009 Jeep Commander AC Compressor

    BalasHapus