Sabtu, 14 Januari 2012

Kepala Lapas Kotabaru Disidik Kakanwil Hukum dan HAM

Kakanwil Hukum dan HAM Selidiki Kalapas Kotabaru Sehari Semalam

KOTABARU – Mengenai dugaan adanya tindak penyelewengan di dalam ruangan tahanan Lapas Kotabaru berupa perlakuan isitmewa bagi tahanan yang berduit, maka tadi hari Jumat (13/01), tim yang terdiri dari 3 orang yang ditugaskan oleh Kakanwil Hukum dan HAM Kalsel, Lukardono, tiba di Lapas Kotabaru untuk menyidik kebenaran dugaan tersebut.

Adapun dari hasil himpunan Radar Banjarmasin di dapat keteranga bahwa kasus ini berawal dari adanya pengakuan seorang Napi, Amat Nadi, yang mengatakan kalau ada sel khusus di dalam Lapas Kotabaru, dimana para penghuninya harus membayar sekitar Rp5 juta. Dan para tahanan pun akan mendapatkan fasilitas berupa ruangan yang lebih besar, pintu sel buka dari jam 08.00 – 20.00, dan bebas menggunakan handphone.

Hal tersebut, katanya, adalah merupakan pengalaman Amat Nadi sendiri selama tinggal di dalam Lapas Kotabaru (sekarang dia sudah dipindahkan ke Lapas Narkotika Tanjung Tabalong, Red). Dari informasi yang dihimpun Radar Banjarmasin, dia juga dikatakan membayar sekitar Rp5 juta.

Saat berita ini selesai ditulis (jam 21.00, Red), tim penyidik sudah menyidik selama hampir satu hari, sejak jam 08.00 pagi. Menurut keterangan salah satu rombongan yang namanya enggan disebutkan, setelah menyidik mereka akan langsung balik ke Banjarmasin untuk melaporkan hasil sidikan.

Sedangkan Kepala Lapas. HA Zunaidi, dihubungi Radar Banjarmasin lewat seluler mengatakan kalau permasalahan itu tanyakan saja kepada tim penyidik. Memang dari informasi yang didapat Radar dari salah satu rombongan, ditegaskan kalau ada indikasi kelasahan maka Kalapas Kotabaru akan mendapat sanksi. (mr-119)

Nelayan Kotabaru Tewas Ditembak, Pelaku Sudah Ditangkap

Oknum Penembak Nelayan Ditangkap

KOTABARU – Penembakan yang mengakibatkan tewasnya Lampe (60), seorang nelayan, membuat resah warga Kotabaru. Apalagi muncul dugaan, kalau pelaku penembakan adalah oknum aparat yang seharusnya bertugas untuk melindungi rakyat. Ketua HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) cabang Kotabaru, Samsul, menuntut agar pelaku segera diadili secara terbuka dimana semua masyarakat bisa tahu proses dan hasilnya.

“Nelayan disini memang biasa berlindung di badan tongkang ketika cuca sedang buruk seperti sekarang ini, dan kami tidak habis pikir mengapa bisa terjadi penembakan membabi-buta seperti itu,” ujar Samsul kepada Radar Banjarmasin, Kamis (12/01).

Secara terpisah, Komandan Lanal Kotabaru Letkol Laut (P) Yudi Subiantoro membenarkan jika pihaknya bersama Polair melakukan pengejaran terhadap tugboat yang melakukan penembakan terhadap nelayan.

“Tadi pagi (sekitar jam 08.00, Red), tugbot dan tongkang sudah berhasil kami tangkap di perairan Tanjung Samalantakan (Kecamatan Pamukan Selatan Kotabaru) dekat Kaltim, setelah satu malam melakukan pengejaran bersama tim gabungan,” ujarnya.

Dia juga menerangkan, bahwa tongkang berisi kontainer tersebut berangkat dari Lamongan Jawa Timur menuju ke Mangkaliat Kalimantan Timur, diduga membawa alat-alat salah satu perusahaan disana. Mangkaliat sendiri dikenal dengan kandungan batubaranya yang melimpah.

Wartawan koran ini pun bersiaga di pelabuhan, menyusul informasi bahwa rombongan aparat gabungan yang diikuti Kasat Pol Air Kotabaru Akp Rokhmadi dan Kapolres Kotabaru AKBP Rosyanto Yudha Hermawan akan merapat di Pelabuhan pukul 19.00 malam.

Namun sampai pukul 21.00 Wita, ternyata hanya Kapolres Kotabaru yang muncul. Kepada Radar Banjarmasin, ia mengakui jika oknum aparat yang melakukan penembakan sudah ditangkap.

"Data-datanya sekarang ada di mabes, sedangkan pelaku sudah ditangani Polda, jadi kalau mau keterangan lebih kesana saja," ujarnya.

Kabid Humas Polda Kalsel AKBP Aby Nursetyanto yang dikonfirmasi tadi malam, membenarkan jika pelaku penembakan langsung dibawa ke Polda Kalsel. Namun mengenai detil kasus tersebut, termasuk dari kesatuan mana oknum yang melakukan penembakan, ia belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut.

Sementara itu, Saparuddin, keluarga korban yang ditemui Radar Banjarmasin di RSUD Kotabaru kemarin, kembali menceritakan. Insiden penembakan pada Rabu (11/1) pukul 16.00 Wita menimpa kapal yang mengangkut Lampe, Andi Baha, Herman, Sudir dan Borahim. Mereka mengikatkan kapal ke badan tongkang berisi konainer yang ditarik oleh tugbot ke arah Kaltim. Mereka melakukan hal tesebut, karena cuaca sedang tidak bersahabat, hujan, cuaca gelap disertai angin yang kencang.

Ketika cuaca sudah cerah, Andi Baha kemudian keluar kapal dan melepas ikatan dari badan tongkang. Tiba-tiba, dari tongkang keluar seorang lelaki berpostur seperti tentara dan hanya memakai celana kolor, menyuruh Andi Baha segera menyingkir dari tongkang. Pikir, Andi Baha, dia memang sudah berniat pergi karena cuaca telah cerah. Namun naas, lelaki diatas tongkang tiba-tiba saja membanjiri kapal dengan peluru, dengan senjata laras panjang.

Mendapati serangan itu, Lampe yang sedang berbaring-baring bersama tiga temannya langsung ditembus peluru hingga tewas. Sedangkan Lampe terkena tembakan di kaki. Herman pun buru-buru menyalakan mesin dan Sudir mengambil alih kemudi.

“Kasian, kalau Lampe yang tewas itu meninggalkan tiga orang cucu yang menjadi tanggungannya, kalau Andi Baha dia punya istri dan enam anaknya yang masih kecil-kecil, sekarang dia sakit, tidak bisa bekerja, siapa yang menanggung mereka. Saya minta pemerintah dan anggota dewan melihat nasib nelayan kecil seperti kami ini,” ujarnya Saparuddin dengan mata berkaca-kaca. (mr-119/hni/yn/bin)

Dinas Kotabaru Kembali Peringati Mahasiswa Terkait Beasiswa

MAHASISWA LUPA LAPOR PENGGUNAAN BEASISWA

KOTABARU – Kasi Keuangan Dinas Pendidikan Kotabaru, Husni Sagir, menyampaikan kepada Radar Banjarmasin kalau masih banyak mahasiswa yang telah menerima beasiswa namun sampai sekarang belum memberikan lembar pertanggungjawaban pemakaian dana beasiswa yang sudah diberikan tahun kemarin.

Dia sangat mengharapkan kepada para mahasiwa bersangkutan, yang merasa belum memberikan lembar pertanggungjawaban kepadanya, agar bersegera lapor, supaya dia juga bisa secepatnya membereskan laporan keuangan yang ada di Dinas Pendidikan.

Dari data yang dia berikan kepada Radar, tercatat ada 22 mahasiswa yang belum melaporkan pertanggungjawaban. Memang, katanya, pihak dinas sudah menempelkan nama-nama mahasiswa yang bersangkutan di setiap asrama mahasiswa Kotabaru, dengan harapan mahasiswa bersangkutan mengetahui dan segera melapor ke dinas.

Keterlambatan ini, tuturnya, sering terjadi karena mungkin akibat jumlah nominal beasiswa yang tidak terlalu besar (sekitar Rp1,25 juta per mahahsiswa, Red), maka mahasiswa sering kelupaan dan mengabaikan tanggungjawab tersebut. “Saya yakin, mahasiswa bisa dengan mudah memberikan lembar pertanggungjawaban, hanya kuitansi pembayaran uang semester, itu sudah mencukupi. Tapi sayang, meski mudah mereka sering lalai,” ujarnya.

Adapun kendala lainnya, adalah apabila mahasiswa yang bersangkutan sudah lulus kuliah dan bekerja di luar daerah. Beruhubung, misalnya, nomor handhphone yang dulu sudah tidak terpakai, maka menghubunginya sangat sulit, ditambah dengan kenyataan kalau mahasiswa sendiri sudah sangat jauh keberadaannya.

Meski demikian, pihaknya juga akan terus mencari cara agar bisa terkoneksi dengan para mahasiswa yang jauh tersebut. Baik dengan cara menanyai langsung ke alamat rumah yang dulu pernah di tulis mahasiswa kala mengajukan permohonan mendapatkan beasiswa, atau lewat jalur internet. Dan pihaknya masih memberi waktu bagi para mahasiswa tadi untuk mengumpulkan lembar pertanggungjawaban.

Sedangkan saat wartawan bertemu dengan salah satu mahasiswa asal Pulau Laut Barat, dia mengatakan kalau kelupaan akan kewajiban mengumpul lembar pertanggungjawaban murni karena alpa. “Wah, saya sudah tidak ingat lagi itu. Untung anda mengingatkan saya. Nanti, secepatnya saya akan bikin laporannya, karena hanya dengan bukti pembayaran uang satu semester dana beasiswa itu sudah habis, nombok malah,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin (10/11). (mr-119)

Konflik Antara Nelayan Kotabaru Dengan Dishub

DISHUB KOTABARU AKALI NELAYAN?

KOTABARU – Warga nelayan Desa Hilir Muara Kotabaru mengeluh akan kinerja Dinas Perhubungan kala mengukur berat kapal. Kata Aco, selama ini petugas dari Dinas mengukur panjang kapal dari ujung haluan ke ujung buritan, padahal kalau di Tanah Bumbu, yang diukur itu hanya bagian lunas saja.

“Kalau panjang kapak diukur mulai ujung haluan sampai ujung buritan, itu namanya pencurian panjang. Karena yang diberi muatan, kan, hanya bagian rongga kapal dan itu panjangnya tidak lebih dari panjang lunas kapal,”ujarnya kepada Radar Banjarmasin (11/01).

Apabila pengukuran yang dilakukan seperti itu, maka menurut mereka itu akan mengakibatkan jumlah ton kapal meningkat lebih tinggi dari ukuran sebenarnya. Kalau hanya lunas yang diukur, tambah mereka, berat kapal paling hanya 7 ton, tapi kalau memakai cara mereka (petugas Dinas Perhubungan, Red), maka berat kapal bisa mencapai 9 ton.

Sedangkan dalam peraturan pemerintah disebutkan bahwa untuk kapal di atas 7 ton, membuat izinnya menjadi wewenang provinsi, sedangkan di bawah 7 ton itu menjadi wewenang kabupaten. Jadi, kata mereka, kapal yang beratnya mencapai 9 ton (memakai cara pengukuran Dinas Perhubungan, Red) harus mengurus izin di tingkat provinsi, dan itu, katanya, lebih menyulitkan prosedurnya.

Dari itu para nelayan, dimana melaut sendiri merupakan salah satu pekerjaan dominan di Kotabaru, mengharapkan agar Dinas melakukan pengukuran seperti yang dilakukan di Tanah Bumbu, karan pengukuran demikan tidak membuat berat kapal bernilai lebih tinggi daripada seharusnya.

Sedangkan ketika Radar mencoba mencari klarifikasi ke Dinas Perhubungan, didapati Kepala Dinas dan Kabid Kelautan sedang tidak ada di tempat. Disana hanya ada beberapa staf diruangan Kabid yang kemudian menunjukkan gambar berupa keterangan tata cara pengukuran kapal yang tepat.

Karena gambar yang dia tunjukkan banyak memakai istilah kelautan, maka wartawan pun menanyakan maksud dari penjelasan gambar tersebut, dan anehnya dia mengaku tidak tahu menjelaskan maksud gambar tersebut. Karena dirasa tidak mungkin seorang staf Dinas Perhubungan yang berkantor di Kabid Kelautan, tidak tahu penjelasan dari gambar, wartawan segera kembali mendesaknya.

Setelah didesak, staf yang namanya enggan disebutkan ini, akhirnya mengatakan kalau urusan yang seperti itu biar Kepala Dinas atau Kabid Kelautan saja yang menjawab. Dengan kata lain, dia mungkin saja mengetahui penjelasan gambar tentang tata cara pengukuran kapal yang benar, hanya tidak berani memberikan penjelasan tanpa ada arahan dari Kepala Dinas atau Kabid Kelautan.

Disisi lain dia berani memastikan kalau pengukuran itu tidak seperti yang warga katakan. Kemungkinan, katanya, warga yang memberi keterangan tersebut tidak terlalu mengerti tentang penjelasan dinas sebelumnya mengenai tata cara pengukuran yang tepat. Sehingga baru-baru ini dinas, katanya, melakukan sosialiasasi tentang tata cara pengukuran yang tepat kepada warga dengan membagi-bagikan fotokopian gambar yang tidak bisa dia jelaskan tadi. (mr-119)

Dosen STIKIP Kotabaru Pernah Diserbu Warga

Dosen STIKIP Pernah Diserbu Warga
KOTABARU – Kalau selama ini kita meyangkan menjadi seorang dosen itu enak, maka pekerjaan prestius ini bisa menjadi lain ketika dosen tersebut mengajar di daerah rawan perkelahian pemuda, seperti di Kotabaru.

Itu dialami oleh seorang Pembantu Ketua 2 STIKP Paris Barantai Kotabaru, Rony Safriansyah. Kepada Radar Banjarmasin, Rabu (11/01), dia menuturkan kalau sudah berapa kali kampusnya didatangi warga desa Rampa Kotabaru, dengan berbekal senjata tajam.

Masalahnya, katanya, biasa saja, misalnya mahasiswa yang pulang kuliah tiba-tiba menyenggol anak desa denga kendaraan dengan tidak sengaja. Walau anak yang disenggol tadi tidak mengalami luka apa-apa, tapi kesokan harinya orang-orang kampung datang ke kampus sambil berteriak-teriak dan mengancam akan memukul mahasiswa bersangkutan.

Tentu saja kejadian tersebut membuat takut para mahasiswa, dan beberapa dosen-dosen. Namun, Rony yang merupakan putra daerah Kotabaru ini, lantas mengajak para warga tadi berbicara baik-baik di dalam ruangan. Dan setelah melakukan pendekatan yang sifatnya personal serta simpatik, warga yang marah dan membawa sajam tadi akhirnya meminta maaf dan memilih pulang.

“Sudah demikian keadaan warrga disini. Itu hanya merupakan kebiasaan saja, dimana mereka ketika menyelesaikan masalah lebih senang dengan cara-cara fisik. Saya sebagai putra daerah sangat memaklumi hal tersebut. Sebenarnya mereka tidak semenakutkan apa yang kita bayangkan, asal kita bisa bersikap sesuai dengan jalur psikis mereka, maka masalah akan selesai dengan damai,” ujarnya memamparkan.

Disisi lain, dia tidak menyalahkan sikap masyarakat yang “keras” itu. Mungkin keadaan tersebut juga disebabkan, salah satunya, adalah faktor SDM masyarakat sendiri. “Mereka bisa kok diajak kerjasama. Bahkan ketika kami adakan acara agama, mereka datang dan bersikap sangat baik,” ujarnya.

Dari itu dia juga bersukur, karena sebagai putra daerah, dia bisa menyaksikan bagaimana perubahan masyarakat selama kampus berdiri. Dampak yang paling dirasakan adalah berkurangnya pemuda yang suka mabuk-mabukan di jalan malam hari, dimana salah satu penyebabnya adalah banyaknya mahasiswa yang kos di sekitar rumah penduduk.

Kalau dulu, kata Imah (35), hampir tiap malam para pemuda desa pasti mabuk-mabukan, sekarang setelah STIKIP berdiri peristiwa demikan jarang terjadi. Memang dari pantauan Radar Banjarmasin sendiri, masih ada beberapa pemuda desa yang menghisap lem castol untuk mabuk-mabukan, dan itu dilakukan di areal kampus. Hanya penduduk, memastikan bahwa kenyataan itu tidak separah sebelum adanya STIKIP.

Rony sendiri sangat berhapar kedepannya msyarakat, utamanya pemuda sekitar, bisa terus mengalami perubahan-perubahan ke arah yang lebih positif. Memang, tambahnya, semua itu tidak bisa instan, kita perlu waktu, karena mendidik dan membangun masyarakat perlu waktu dan sikap yang konsisten dari semua elemen masyarakat. (mr-119)

Dinas Pendidikan Kotabaru Dekati Sekolah

Dinas Dekati Sekolah

Kepala Dinas: “Kalau memang ada oknum kami yang meminta uang kala pihak guru atau sekolah berurusan, silakan lapor langsung kepada saya,”
-------------

KOTABARU – Kepala Dinas Pendidikan Kotbaru, Drs Eko Suryadi WS S Ikom MM, mengatakan kepada Radar Banjarmasin, Selasa (10/01), bahwa kedepannya dia akan terus berusaha agar hubungan antara Dinas Pendidikan dan Sekolah bisa lebih menyatu di banding tahun sebelumnya.

“Jadi kita akan menerapkan sistem kekeluargaaan, sehingga antara sekolah dan dinas nantinya dikenal dengan dengan sebutan, Dinasnya Sekolahan dan Sekolahannya Dinas,” ujarnya.

Maka, tambahnya, nanti diharapkan tidak ada lagi kesenjangan antara pihak sekolah dengan dinas, seperti yang pernah dikeluhkan waktu-waktu yang lalu, diusahakan dalam dunia pendidikan yang ditekankan adalah cinta dan sayang, karena itulah hakikat pendidikan.

Dia juga menegaskan bahwa jangan sampai lagi ada rasa sungkan pihak dinas kala bertemu dengan pihak sekolah, atau sebaliknya. “Kalau memang ada oknum kami yang meminta uang kala pihak guru atau sekolah berurusan, silakan lapor langsung kepada saya,” ujarnya tegas.

Sebagai kerja nyata dalam menunjukkan bahwa dinas ingin menghapus kesenjangan antara sekolah dan dinas sendiri, maka pihaknya mulai melakukan sidak kesekolah-sekolah. Seperti yang baru-baru ini dia lakukan ke sekolah SMK 2 Kotabaru, SDN Gunung Sari, dan SMP3 Pulau Laut Utara. Dari sidak itu, katanya, dia dan jajaran dinas pendidikan bisa menyerap aspirasi pihak sekolah utamanya guru tentang kemajuan pendidikan di Kotabaru.

Dalam sidak itulah, dia menemukan kalau beberapa sisi dari dinas sudah dianggap baik. Memang masih perlu lagi perbenahan kedepannya, hanya hal itu dilakukan saja secara bertahap, melaui dukungan berbagai pihak, seperti Bupati Irhami, yang diakuinya selama ini banyak membantu Dinas Pendidikan Kotabaru.

Di akhir wawancara dia mengatakan kalau salah satu pilar terpenting dari pembangunan pendidikan generasi muda adalah orang tua dan masyarakat. Dua pilar ini, bersama-sama dengan sekolah harus saling bahu-membahu demi terciptanya generasi muda Kotabaru yang menguasai agama dan ilmu pengetahuan lain.

Karena pihak sekolah hanya bisa mengawasi anak kurang lebih sekitar 7-8 jam sehari, sisanya akan menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat dimana anak didik tinggal. Sehingga peran kedua pilar ini sangat diharpkan demi mencapai kesejahteran yang lebih baik di masa depan. (mr-119)

Nelayan Bagang Kotabaru Terkendala Angin Kencang di Laut

Nelayan Bagang Terkendala Musim

KOTABARU – Sekarang para nelayan bagang di daerah Lontar Pulau Laut Barat tidak dapat mencari ikan teri beberapa bulan ini, akibat kencanganya angin yang berhembus dari arah Barat. Praktis, para nelayan, yang daerahnya berjarak sekitar 110 kilometer dari Kotabaru ini, terpaksa memancing ikan secara manual.

“Nde nulle akko pakkui, ‘nde gaga bale lure, makencang senna angingna. Terkecuali daerah Labuan Amas, mala pala kikkoro, saba’ na icalindrungi pa’bale koro pole anging, apa engka bulu-bulu matandre, (tidak bisa dapat ikan teri karena angin kencang. Kecuali daerah Labuan Amas, disana nelayan bisa dapat kerena angin terlindung oleh gunung, Red),” ujar Kaco, dalam bahasa Bugis.

Itulah yang dialami oleh para nelayan di daerah Kotabaru setiap tahun, utamanya nelayan bagang yang bekerja menangkap ikan teri. Minimal 2-3 bulan dalam setahun mereka tidak bisa membagang (menangkap teri, Red), ketika angin kencang. Kalau sudah begitu, maka para nelayan tadi akan melakukan pekerjaan-pekerjaan lain, yang biasanya masih bekutat di laut.

Mereka, para nelayan, hanya berharap angin di lautan tahun ini tidak menjadi badai yang besar. Karena kalau itu terjadi maka biasanya akan ada beberapa rumah bagang yang rusak. Padahal, untuk membangun satu buah rumah bagang butuh sedikitnya dana di atas Rp10 juta. Bukan jumlah yang kecil tentunya bagi para nelayan pesisir ini.

Pernah memang, ada wacana dari sebagian tokoh nelayan di pesisir Lontar Pulau Laut Barat untuk mencoba meminjam dana dari bank. Hanya wacanca tersebut urung ditindaklanjuti, sebab dari cerita yang mereka dengar, bank di Kotabaru jarang ada yang mau memberikan pinjaman lunak kepada para pebagang, sebab diakui resiko bagang rusak selalu ada setiap tahun.

Jadilah para nelayan-nelayan ini hanya menjalankan usaha dari modal sendiri atau pinjaman seorang berpunya di kampung, tentu dengan bunga kembalian yang tinggi. Dari itu, M Saripuddin, warga Lontar, sangat mengharapkan agar pemerintah daerah memberikan perhatian kepada nasib-nasib nelayan bagang ini, karena disadari, para nelayan ini ikut turut memberikan konstribusi kepada Kotabaru dalam bidang kelautan.

Katanya, daerah Kotabaru sebenarnya mempunyai potensi kelautan yang sangat besar. Adalah merupakan kesalahan fatal apabila potensi ini tidak dikembangkan secara maksimal. Dia yang juga merupakan salah satu petinggi di PT IBT (Indonesian Bulk Terminal) ini, mengaku kalau sedari dia kecil memang para masyarakat pesisir biasanya sulit meninggalkan pekerjaan sebagai nelayan, dan kenyataan itu bisa menjadi salah satu pertimbangan Pemda. (mr-119)

Dinas Pendidikan Kotabaru Peringati Mahasiswa Kotabaru Terkait Beasiswa

Uang Beasiswa Bukan Untuk Poyah-Poyah

KOTABARU – Apa jadinya jika uang beasiswa yang seharusnya digunakan sebagai salah satu penunjang kelancaran kuliah, malah digunakan untuk poyah-poyah? Itulah yang sangat disesalkan oleh Kasi Keuangan Dinas Pendidikan Kotabaru, Husin Sagir.

Dia mengatakan keresahannya itu kepada Radar Banjarmasin (06/01). Tuturnya, dia pernah mendapat laporan bahwa ketika mah
asiswa selesai menerima uang beasiswa langsung saja pergi ke Mall untuk berbelanja diluar keperluan kuliah. “Masa uang kuliah dibelikan berbagai macam pakaian. Uang itu, kan, seharusnya digunakan untuk membayar segala macam keperluan kuliah, bukan keperluan pribadi,” ujarnya.

Padahal, lanjutnya, niat pemerintah memberikan bantuan berupa beasiswa kepada mahasiswa asal Kotabaru yang berprestasi di kampus, agar mahasiswa yang bersangkutan lebih bisa meningkatkan lagi prestasi belajarnya, dan mengharumkan nama Kotabaru. Seperti diketahui, kalau mahasiswa asal Kotabaru banyak yang kuliah di luar daerah, seperti di Banjarmasin.

“Seharusnya mereka (para penerima beasiswa, Red), kuliah di luar daerah, buat prestasi yang membanggakan, lah. Angkat nama daerah melalui berbagai bidang, seperti olahraga, seni, maupun akademik. Nah, nanti kalau mereka sudah lulus bisa bekerja di daerah sendiri,” ujarnya panjang lebar.

Dia yang selama ini memang ditugaskan untuk mendata dan membagi-bagikan uang beasiswa kepada mahasiswa berprestasi mengaku sedih jika melihat kenyataan diatas, dimana sejatinya uang beasiswa itu adalah merupakan uang rakyat. Jadi, sebagaimana amanat, tambahnya, uang rakyat itu merupakan tanggung jawab besar bagi mahasiswa untuk mengelolanya.

Memang tidak besar jumlah nominal beasiswa tersebut, sekitar Rp1,25 juta untuk mahasiwa di luar FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), sedangkan untuk FMIPA sendiri sekitar Rp2,5 hingga Rp3 juta. Dana itu diberikan sekali dalam satu semester, dan apabila semester berikutnya mahasiwa tadi masih memenuhi syarat, maka akan terus diberikan beasiwa lanjutan dengan jumlah nominal yang sama.

Adapun ketika Radar Banjarmasin mencoba mencari keterangan kepada para mahasiswa yang pernah menerima beasiswa, maka memang ada sebagian dari mereka yang mneggunakan uangnnya di luar keperluan kuliah. “Ya, saya dulu menggunakan sebagian uang beasiswa untuk membeli handhphone baru. Habis, mau diapain lagi uangnya, biaya kuliah sudah saya bayar semua,” ujar mahasiswa jurusan keguruan ini sambil tertawa.

Bahkan dia juga menambahkan kalau pernyataan Sagir tentang mahasiswa yang tidak sadar tanggung jawab atas beasiswa yang diberikan, sepertinya berlebihan. Pasalnya, kata dia, kebanyakan para penerima beasiswa lulus dengan cepat dengan angka memuaskan. Ya, memang, tambahnya, tidak semua mahasiwa bisa berprestasi di luar bidang akademik. “Tapi, kan, pencapaian yang bagus di bidang akademik juga patut dibanggakan,” ujarnya. (mr-119)

Warga Lontar Kotabaru Berharap Lisrik Siang Malam Demi Ekonomi dan Pendidikan

Ekonomi dan Pendidikan Mandeg Karena Listrik

KOTABARU – Ironis sekali nasib warga Kecamatan Pulau Laut Barat. Meski Kotabaru termasuk salah satu kawasan penghasil energi berupa batubara, yang juga ikut menjadikan negara Indonesia masuk peringkat ke 2 duna dalam ekspor batubara, sayang warga Kecamatan Pulau Laut Barat sampai sekarang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat akibat tidak adanya listrik di siang hari.

Praktis, para warga yang menjalankan usahanya dengan mengandalkan listrik hanya bisa buka mulai pukul 18.00 sore, itu pun hanya sampai sekitar pukul 23.00 malam, karena warga tidak mungkin beraktifitas hingga tengah malam. “Ya, usaha pengetikan, fotokopi, print, juga cetak foto, hanya bisa dilaksanakan kalau malam, padahal untungnya lumayan apabila siang juga bisa buka,” ujar Masdar, seorang guru.

Sedangkan di daerah tersebut terdapat pelabuhan batubara terbesar di kawasan Asia Tenggara yakni PT IBT (Indonesian Bulk Terminal). Dimana menurut salah satu pekerja disana yang namanya engggan disebutkan, bahwa salah satu mesin perusahaan sering tidak dipakai dan itu bisa digunakan untuk menyinari kawasan Lontar (ibukota Pulau Laut Barat, Red) dan daerah-daerah lainnya di Pulau Laut Barat.

Padahal, katanya, seandainya PT IBT mau bermurah hati untuk memberikan salah satu mesinnya kepada warga maka itu bisa menjadi salah satu elternatif pemecahan masalah listrik di siang hari. “Kan, kalau malam bisa pakai mesin PLN, dan kalau pagi bisa memakai mesin perusahaan,” ujarnya.

Belum lagi jika kita mendengar cerita para guru di Lontar, mereka sering sekali mengeluh ketika bertugas di malam hari, saat mata mengantuk, lampu listrik malah sering padam. Sedangkan laboratorium-laboratorium bahasa yang seyogyanya menjadi wadah anak belajar kala siang hari, terpaksa hanya bisa dioperasionalkan sesekali, dengan menggunakan mesin sekolah.

“Gimana anak kami bisa menyaingi anak di kota yang sudah menikmati berbagai fasilitas elektronik untuk menunjang percepatan pembelajaran mereka, apabila fasilitas vital berupa listrik belum bisa dinikmati siang hari,” ujar Zainal Abidin, tenaga pengajar di SMPN 1 Pulau Laut Barat.

Dari itu para warga disana sangat berharap dari tindakan Pemda setempat agar dengan serius menyikapi permasalahan tahunan ini. Jangan samapai, katanya, kekecewaan warga memuncak. Bahkan, katanya, warga Desa Kampung Baru sudah sering mendatangi kantor PLN Lontar, mendemo pemasalahan ini. Namun katanya, alasan PLN, selalu sama, yakni mesin sudah tua jadi sering rusak.

Dan ketika Radar Banjarmasin mencoba mencari keterangan ke pihak PLN sore Sabtu (07/01), maka didapati keadaan PLN sangat lengang. Ketika seorang warga menununjukkan rumah salah satu petugas PLN, Radar hanya mendapatkan keterangan dari anak petugas, bahwa ayahnya sedang keluar dan tidak tahu kapan baru pulang.

Sangat disayangkan memang, padahal Indonesia dari catatan dalam sebuah jurnal berjudul JCOAL Resources Development Division, dikatakan bahwa ekspor batubara ke luar negeri terus mengalami peningkatan setiap tahun. Sekitar 16 tahun lalu, ekspor hanya 13 juta ton pertahun, dan pada tahun 2010 ekspor sudah mencapai angka 256 juta ton pertahun.

Dengan kata lain, sebenarnya negara kita mempunyai energi yang sangat melimpah, hanya sayang rupanya pemerintah lebih memilih menjualnya ke pasar dunia, tentu saja dengan alasan keuntungan. Alih-alih memanfaatkannya untuk percepatan peningkatan ekonomi lokal dan peningkatan mutu pendidikan melalui layanan jasa berupa pengadaan listrik setiap daerah, utamanya pedesaan. (mr-119)

Petani Tanjung Pelayar Kotabaru Gembira

Berharap Kiriman Pestisida Didahulukan Daripada Bibit Padi

KOTABARU – Zainal Abidin, Ketua Poktan (Kelompok Tani) Akar Harapan Desa Tanjung Pelayar Kecamatan Pulau Laut Barat mengaku gembira atas bantuan dari Pemkab Kotabaru melalui Dinas Pertanian, berupa pemberian benih padi Gogo, Pestisida, Insektisida, dan Fungisida.

Dia melanjutkan kalau anggota Poktan yang dia pimpin memang sangat mengharapkan bantuan bibit padi, bukan saja para anggota itu sendiri yang notabene adalah penduduk miskin di Desa Tg Pelayar, namun juga seluruh anggota yang berjumlah 25 orang memang merupakan para petani.

Bantuan itu sendiri sangat penting artinya bagi para petani kecil di Kecamatan Pulau Laut Barat, karena biaya pengolahan tanah sampai penanaman tergolong mahal. “Kalau tidak ada bantuan dari pemerintah, para petani sedikitnya memerlukan sekitar Rp4 juta untuk menanam 1 hektar tanah, karena biaya pestisida, bibit, dan lainnya. Nah, dengan modal sebesar itu, sangat sulit rasanya para petani bisa menanam padi dengan modal sendiri,” ujarnya.

Sedangkan para pekerja yang ditemui Radar Banjarmasin (07/01) di lahan yang akan digarap, tampak sibuk bekerja menebas tumbuhan-tumbuhan liar. Lahan yang berjarak sekitar 130 kilometer dari Kotabaru ini, dari pantuan Radar Banjarmasin, memang masih berat untuk dkerjakan secara manual, dimana para pekerja hanya menggunakan parang dan cangkul.

Meski demikian, mereka mengaku kalau bisa menanam padi di tahun ini merupakan hal yang sangat menggembirakan. “Ya, apa ni pi uyai mua bassa ita die, pendidikan andiadziang apalagi mua modal (ya, kalau orang seperti kami ini mau kerja apa lagi, pendidikan tidak punya apalagi modal, Red),” ujar Pua Ulang (70) dalam bahasa Mandar.

Hanya yang patut disayangkan dari bantuan ini adalah terlambatnya pemberian pestisida. Untuk sekarang, pemberian pestisida baru diberikan bulan Januari 2012, sehingga yang seharusnya padi sudah bisa ditanam bulan Desember jadi molor. Maka kedepan, mereka berharap kepada Pemkab Kotabaru agar sekkiranya pemberian pestisida sudah dilakukan sebelum pemberian bibit padi, sehingga ketika bibit padi tiba lahan sudah dalam keadaan siap tanam.

Karena selama ini untuk kawasan Pulau Laut Barat, tahapan pembersihan lahan yang paling sulit adalah pembasmian tumbuhan ilalang. Tumbuhan ini, menurut warga, jika tidak dibasmi sampai ke akar-akarnya hanya merupakakan pekerjaan sia-sia belaka, karena pertumbuhannya sangat cepat. Maka kehadiran pembasmi ilalang seperti pestisida mutlak diperlukan bagi petani di Pulau Laut Barat. (mr-119)

Jembatan Ayun Kotabaru Terkendala Cagar Alam

PEMBANGUNAN JEMBATAN AYUN TUNGGU KEPUTUSAN PUSAT

KOTABARU – Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Kotabaru, H Adrian Noor ST MT, sudah setahun menunggu keputusan dari Kementrian Kehutaan RI tentang status 8 hektar tanah di Tanjung Ayun yang masuk kawasan cagar alam.

Itu diungkapkannya kepada Radar Banjarmasin, Kamis (05/01), untuk menjelaskan mengapa sampai sekarang pembangunan Jembatan Ayun yang menghubungkan Pulau Laut dengan pulau Kalimantan belun juga direalisasikan.

Padahal sejatinya, dana sekitar Rp1 T sudah disediakan pihak ke 3, yakni PT Silo. Katanya, dengan dana sebesar itu maka Pemkab sudah bisa membangun konstruksi jembatan sepanjang 3 kilometer. Sayang, Kementerian Kehutanan RI belum memberikan keputusan izin pakai untuk sebagian areal cagar alam yang nantinya akan digunakan kontraktor meletakkan tiang-tiang pondasi jembatan.

Akunya, dia dan masyarakat sudah lama berharap agar pekerjaan jembatan tersebut bisa dimulai sesegera mungkin. Karena dari catatan di situs Bappeda, didapat perhitungan bahwa peningkatan PDRB (Produk Daerah Regional Bruto) akan meningkat sebanyak 2,8% atau Rp150 M dalam setahun, saat jembatan sudah bisa dioperasionalkan secara maksimal.

Memang sejak lama Pemkab Kotabaru merasa pembangunan Jembatan Ayun ini sudah menjadi kebutuhan vital bagi peningkatan perokonomian daerah. Hal itu dikarenakan, daerah Kotabaru sendiri, selama ini hampir semua jalur distribusi perkonomian baik berupa barang dan jasa dilakukan lewat laut.

Mak dari itu Adrian selaku pihak yang nantinya bewenang dalam pelaksanaan pambangunan jembatan tersebut sangat berharap peran aktif pemerintah pusat dalam menyelesaikan masalah pembebasan 8 hektar tanah yang masuk kawasan cagar alam di Tanjung Ayun. “Kalau memang pihak pemerintah ingin tukar guling, kami siap mencarikan daerah lain di Kotabaru sebagai ganti 8 hektar tanah cagar alam itu,” ujarnya. (mr-119)

Pembangunan Jalan di Kotabaru Terkendala Dan dan Luas Daerah

SETAHUN HANYA BISA SELESAIKAN 10 Persen PEMBANGUNAN JALAN

KOTABARU – Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, H Ardian Noor ST MM, menjawab keresahan warga Desa Gedambaan Kecamatan Pulau Laut Utara tentang kondisi jalan yang dirasa belum diperbaiki secara maksimal karena hanya dtimbuni saja dengan batu kemudian baru dilakukan pengerasan.

Dalam wawancara dengan Radar Banjarmasin, Kamis (05/01), dia mengatakan agar warga disana bisa bersabar, karena pihaknya sendiri sedang berusaha keras dalam menyikapi penyelesaian pembangunan jalan di Kabupaten Kotabaru ini.

“Bukan perkara mudah memperbaiki semua jalan yang rusak di Kotabaru ini. Coba perhatikan luasan daerah kita itu sebesar 25% dari luas Kalsel sendiri, dan bahkan beberapa daerah harus ditempuh dengan menggunakan jalur laut. Dari total anggaran APBD sebesar Rp1 T, kita hanya bisa menyelesaikan perbaikan jalan sebesar 10-20% dalam setahun,” ujarnya panjang lebar.

Dari itu, tambahnya, kita menerapkan kebijakan bagi setiap perusahaan di Kotabaru yang memakai fasilitas jalan Kabupaten, wajib turut berpartisipasi dengan pemerintah dalam hal merawat dan memperbaiki jalan, dengan cara menyumbang material atau lainnya.

Dan itu sudah dipatuhi oleh beberapa perusahaan di Kotabaru. Katanya, untuk tahun 2011 tadi pihak perusahaan Arutmin sudah memberikan bebatuan di jalan Desa Gedambaan, dan pihaknya yang kemudian melakukan pengerasan. “Ya, secara bertahaplah kita usahakan pembangunan jalan di Kobataru.”ujarnya.

Dia melanjutkan, selama ini ada dua kendala besar untuk pembangunan jalan di Kabupaten Kotabaru, yang pertama adalah masih kurangnya dana, dan yang kedua adalah luasan dareah Kotabaru sendiri. Memang ada solusi, yakni dengan merubah status jalan dari milik Kabupaten menjadi milik Provinsi, hanya langkah tersebut sangat sulit diwujudkan.

Maka dari itu, dia sangat mengharapkan pengertian masyarakat betapa selama ini Pemda sudah mengupayakan usaha yang maksimal bagi kelacaran warga dalam bertransportasi. Memang peningkatan ekonomi warga sendiri sangat ditunjang dengan kondisi jalan yang memadai dan layak pakai, sehingga jalur distribusi barang dan jasa akan lancar. (mr-119)

Kecamatan Pamukan Barat Kotabaru Tidak Berlistrik

PULUHAN TAHUN TAK BER-PLN

Asmail: Kalau sudah gelap-gulita maka itu Kalsel

JCOAL Resources Development Division: Tahun 2010 ekspor batubara sudah mencapai angka 256 juta ton

KOTABARU – Pembakal Desa Mekar Jaya, Udin, hari Kamis (05/01) mengatakan kepada Radar Banjarmasin bahwa sejak zaman Orde Baru sampai sekarang, warga Kecamatan Pamukan Barat, yang dapat ditempuh sekitar 8 jam dari Kotabaru dengan menggunakan kapal laut ini, belum menikmati fasilitas listrik dari PLN.

“Memang ada fasilitas listrik tapi itu tidak bisa diharapkan, sering sekali mati, adanya juga baru 2 tahunan ini. Kami tanya, ke PLN Kotabaru, katanya itu bukan milik pemerintah tapi milik swasta,” ujarnya.

Padahal, katanya, desa tetangga mereka yang masuk wilayah Kalimantan Timur terang-benderang kalau malam. Kenyataan tersebut, tambahnya, sangat mengganggu tingkat perkembangan perkonomian juga aktifitas warga sehari-hari. Ironisnya, Kecamatan Pamukan Barat terkenal dengan sumbangan Sumber Daya Alamnya dalam bidang pertanian juga kelautan

Menyikapi permasalahan warga tersebut maka Radar segera menuju ruangan DPRD Kotabaru. Disana didapat keterangan yang mencengangkan dari anggota komisi 2 fraksi PKS, Asmail, bahwa memang selama ini DPRD sudah mengajukan keluhan warga kepada Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasiolal) dan Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional) tahun 2011 kemarin, namun belum ada jawaban samasekali.

“Anda bayangkan, coba, sejak zaman orde baru, yang berdiri disana hanya tiang listrik saja, sedangkan sampai sekarang PLN belum masuk. Jadi kalau anda berjalan ke sana kala malam hari dari arah Kaltim, maka hanya satu tandanya apabila anda sudah masuk daerah Kalsel, yaitu tidak adanya lampu setelah sebelumnya melewati Kaltim yang terang-benderang”, ujar anggota komisi 2 ini masgul.

Dia tidak habis mengerti dengan kinerja pemerintah pusat, karena seperti diketahui, Kabupaten Kotabaru termasuk salah satu penghasil energi di kawasan Indonesia. Kalau seperti ini, tambahnya, nanti malah akan menimbulkan kesenjangan sosial dari warga dareah, dan kalau itu sudah terjadi maka ketahanan nasional akan rapuh. Jadi, jangan salahkan kalau kasus seperti pisahnya Aceh dan Papua akan terulang.

Memang dari hasil penelitian wartawan dari berbagai situs dan literature, didapat fakta kalau Kotabaru merupakan salah satu pengahasil energi terbesar di Indonesia, selain daerah Bukit Asam (Sumatra Selatan), Sungai Berau (Kalimantan Timur), dan Umbilin (Sumatra Barat). Dan Indonesia sendiri, dalam kancah perdagangan internasional, menempati peringkat ke-2 dalam bidang eksportir batubara, meski cadangan batubara hanya sebesar 0,6% dari total cadangan batubara dunia.

Meski merupakan salah satu kawasan yang menghasilkan energi cukup besar ternyata masih ada daerah, satu kecamatan (Pamukan Barat, Red), belum menikmati fasilitas lsitrik secara maksimal. Hal tersebut sepertinya disebabkan karena Indoensia sendiri kebanyakan mengekspor sumber-sumber energi ke luar negeri, alih-alih memanfaatkannya untuk konsumsi warga pedesaan yang masih kekurangan penerangan listrik.

Perkiraan di atas didukung dengan adanya catatan dalam sebuah jurnal berjudul JCOAL Resources Development Division. Dalam jurnal tersebut dikatakan bahwa ekspor batubara ke luar negeri terus mengalami peningkatan dari setiap tahun. Sekitar 16 tahun lalu, ekspor hanya 13 juta ton pertahun, dan pada tahun 2010 ekspor sudah mencapai angka 256 juta ton pertahun. (mr-119)

Kakek Pemecah Batu dari Kotabaru, Desa Gedambaan

BERTAHUN, KAKEK MEMECAH BATU

KOTABARU – Apabila anda berjalan-jalan ke Desa Gedambaan RT 12 Kecamatan Pulau Laut Utara maka tepat di pinggir jalan raya anda akan melihat seorang pria tua berumur 70 tahun yang setiap hari bekerja memecah batu-batuan gunung sekedar bisa makan sehari-hari.

Sudah bertahun-tahun kakek ini memecahkan batu berkubik-kubik dalam sehari. Sedangkan satu ret batu (sekitar satu bak truk) hanya dihargai sebesar Rp50 ribu. Istrinya, Bahariyah, mengaku sangat khawatir dengan kondisi suaminya, dengan usia lanjut masih harus memecah bebatuan gunung setiap hari.

Ba’du, demikan kakek tua pemecah batu ini biasa dipanggil oleh tetangganya. Meski sudah berusia lanjut pekerjaan itu harus dilakukannya karena untuk pekerjaan lain seperti bertani dan menangkap ikan, dia tidak punya modal.

“Seperti apa lagi, kalau tidak begitu kami tidak bisa makan, mana barang-barang makanan dari hari-kehari semakin mahal saja,” ujar Ba’du kepada Radar Banjarmasin, Rabu (04/01). Sambil bercerita, tangannya tampak terampil mengayunkan palu kecil ke arah bebatuan besar, sehingga batu-batu besar itu pecah menjadi serpihan-serpihan kecil untuk digunakan kambali oleh orang kota sebagai salah satu bahan bangunan.

Dari itu pasangan manula ini sangat berharap dari bantuan Pemda setempat agar kondisi kehidupan mereka mendapat perhatian khusus. Sudah lama, katanya, mereka mengharapkan bantuan dari pemerintah tapi belum ada pihak yang peduli. (mr-119)

Kepiting Kotabaru Semakin Sedikit

Kepiting Terancam Punah

KOTABARU – Kalau sekitar 6 tahun yang lalu para pengusaha kepiting di Desa Gedambaan Kecamatan Pulau Laut Timur bisa mendapatkan sekitar 8 ton kepiting tambak dari para penangkap dalam seminggu, sekarang para pengusaha tesebut banyak gulung tikar, pasalnya dalam sehari mencari 50 kg kepiting saja sangat sulit.

Heri (60), warga Desa Gedambaan menuturkan kepada Radar Banjarmasin, Rabu (04/01), kalau dia terpaksa harus menghentikan usaha penjualan ekspor kepiting ke Jawa karena pasokan dari alam sudah sangat langka. Dulu, sekitar 6 tahun yang lewat, dia biasa mendapatkan berton-ton kepiting dari para penangkapan di desa Bekambit, Kapis, dan Sungai Limu yang masuk Kecamatan Sebuku.

“Gimana tak habis, mas, kalau masyarakat mencari kepiting tidak pandang bulu, yang kecil seperti korek juga habis diambil. Kalau dulu, saya mudah mendapatkan kepiting dengan ukuran sebesar piring makan, sekarang kecil-kecil seperti bungkus rokok,” ujar pria berdarah Jawa ini.

Dia menyayangkan sikap masyarakat yang menangkap kepiting secara besar-besaran itu, sehingga kelangsungan hidup kepiting sendiri terancam punah. Dan, tambahnya, kalau ini tidak segera disikapi oleh pemerintah setempat maka bukan mustahil anak-cucu nanti tidak akan kenal lagi dengan nikmatnya rasa kepiting tambak asal Kotabaru.

Sedangkan beberapa warga Kotabaru sendiri yang pernah berpengalaman sebagai penangkap kepiting, saat ditemui Radar, mengatakan bahwa mereka menangkap kepiting-kepiting tambak atau kepiting itu dengan cara manual. Memasang jebakan-jebakan di pinggir tambak kala malam hari, dan baru keesokannya diperiksa.

Memang, kata Sapri (23), hasil menangkap kepiting tidak sebesar tahun-tahun kemarin. “Mapparri, andangi maiddi bu’ang na ri salo, (sulit, karena tidak banyak kepiting sekarang di sungai, Red),” ujarnya dalam bahasa Mandar. (mr-119)

Pelayanan Perawat Kotabaru Kepada Masyarakat Belum Maksimal

Perawat Terus di Bina Untuk 3S

KOTABARU – Menjawab komentar warga tentang kinerja perawat yang masih ada kekurangan dalam menerapkan 3S (Senyum, Salam, Sapa), maka Kasi Perawatan dan Ruangan RSUD Kotabaru, Erwin Simanjuntak membenarkan hal tersebut.

Dia yang ditemui Radar Banjaramasin di kantornya, Selasa (03/01), mangatakan kalau kinerja para perawat di Kotabaru tidak bisa disamakan dengan para pegawai di Bank yang setiap hari berurusan dengan uang. “Perawat kami kan setiap hari menghadapi orang sakit, dengan berbagai kondisi, jadi maklum kalau mereka kadang juga kelelahan,” ujarnya.

Pria yang murah senyum ini, mengatakan, untuk terus meningkatkan kinerja perawat di Kobaru, maka setiap minggu melakukan rapat dengan Kepala Perawat dan Ruangan yang sifatnya pembinaan. Dan sekali dalam 3 bulan ada juga pelatihan-pelatihan atau pembinaan kepada semua perawat di Kotabaru.

Dia sendiri sadar kalau tidak bisa terlalu menuntut banyak dari kinerja para perawat. Hal itu di karenakan untuk tunjangan perawat di Kotabaru hanya sebesar Rp500 ribu. “Bandingkan dengan tunjangan di daerah Tenggarong, disana mencapai Rp2 juta,” ujarnya masgul.

Dari itu dia sangat berharap kepada Pemda setempat agar memperhatikan kesejahteraan perawat demi kelancaran tugas mereka di lapangan, utamanya ketika para perawat berhadapan dengan berbagai ragam pasien. (mr-119)

Asrama Mahasiswa dan Pelajar Kotabaru di Mandin Dijarah Maling

Maling Asrama Beraksi Lagi

Randi: “Sejak tahun 2010 sudah tidak terhitung berapa kali maling beraksi di asrama kami”

KOTABARU – Asrama Pelajar dan Mahasiswa Kotabaru Minggu malam (01/01) sekitar jam 23.00 gempar. Pasalnya, 10 buah kamar pelajar telah disatroni maling. Total kerugian pun ditaksir sebesar Rp10 juta. Ironisnya, kejadian tersbut sangat sering terjadi.

Adapun kali ini yang menjadi korban adalah Amat, Andi, A’an, Ruji, Ade, Hendri, Eko, Agus, Yahdi dan Hasim. Mereka mengatakan bahwa sejak ngekos disana awal tahun 2010, sudah tidak kehitung berapa kali asrama disambangi maling. “Kami sudah sering melapor ke pihak asrama tapi tak ada tanggapan sama sekali,” ujar Randi, Selasa (03/12).

Sedangkan pola aksi maling sendiri, tetap sama, yakni masuk lewat jendela kosa dan menjarah barang-barang berharga seperti handhphone, gitar, celana, sandal, dan lain-lain. Bahkan Ruji, mengatakan maling berhasil masuk lewat jendelanya sedang dia ada tidur di dalam kos. Dan karena pola yang sama itu, para korban pencurian menduga, maling adalah salah satu penghuni asrama.

Untuk menyikapi itu, mereka, katanya sudah melaporkan kepada pengelola asrama, Saini, tentang masalah kecurian ini, sayang tidak ada tanggapan berarti. “Kami disni tidak ada yang urus, bahkan pengelola terkesan cuek bebek saja dengan nasib kami. Jadi kalau kami dikatakan tidak punya pengelola maka itu bisa benar,” ujar Ruji.

Dari itu, para mahasiswa yang selama ini tinggal di asrama demi niatan menuntut ilmu, berharap banyak dari tindakan pemerintah Kabupaten Kotbaru agar mereka bisa tinggal dengan aman dan nyaman. Karena, tambahnya lagi, kalau seperti ini terus mereka tidak akan pernah bisa fokus untuk belajar, padahal keadaan ekonomi keluarga juga tidak bisa diharapkan banyak. (mr-119)

Celana Habis Dicuri Maling

Cerita Mahasiswa Asrama Pelajar dan Mahasiswa Kotabaru

Randi, mahasiswa semester 3 Jurusan Penjaskesrek STIKIP Paris Barantai Kotabaru, sekarang hanya memiliki satu lembar celana. Dari itu dia bingung, apakah kalau turun kuliah nanti harus terus memakai celana yang sama terus-menerus?

-----------

Cerita bermula sekitar pagi Jumat (23/12) tahun kemarin. Dia yang ketika itu baru saja pulang di rumah salah seorang teman untuk mengerjakan tugas, di Perumanas Kodim, kaget setengah mati menakala sesampainya di asrama Pelajar dan Mahasiswa Kotabaru, kamarnya ternyata telah di bobol maling.

Celakanya, semua celana termasuk untuk yang di pakai kuliah habis ludes. Handphone serta beberapa bajunya juga raib dibawa. “Sepertinya maling itu masuk lewat jendela, karena jendelanya terbuka,” ujarnya.

Total kerugian pun dia perkirakan berkisar Rp3 juta. Padahal, tuturnya, susah payah sekali dia mengumpulkan semua barang-baranya itu, bertahun-tahun. Mulai dari kerja di pabrik padi ketika libur kuliah tiba, sampai menjadi kuli bangunan.

Memang putra asal Pagatan, Tanah Bumbu, ini bukan berasal dari kelurga berpunya. Orang tuanya di kampung hanyalah pasangan petani miskin, dan menurut kata anaknya, juga tidak bisa banyak membantu.

Saat ditemui penulis, Minggu sore (01/01), dia terlihat sangat kebingungan. Uang makan saja dia sudah tidak punya. “Daripada disana bingung, mending kamu pulang saja dan berhenti kuliah,” ujar Randi menuturkan perkataan Ibunya kala masalah tersebut dia sampaikan.

Namun dia memilih bertahan, meminjam uang Rp100 ribu kepada sepupunya Azmi yang bekerja sebagai buruh tambang di Pelaihari. Rencananya dalam waktu-waktu dekat ini dia akan kembali bekerja sebagai buruh bangunan untuk sekedar bisa makan esok hari.

Adapun pihak asrama sendiri, katanya, tidak banyak komentar tentang adanya maling pakaian di Asrama Pelajar dan Mahasiswa itu. Pihak asrama, kata sebagian mahasiswa, selama ini memang terkesan cuek dalam menyikapi segala macam masalah mahasiswa yang nginap .

Ironisnya, Randi berutur kalau kejadian itu sudah terulang sebanyak dua kali. Dia yang seharusnya bisa belajar dengan tenang di asrama demi menuntut ilmu agar kelak bisa menjadi salah satu tenaga pengajar di Kotabaru, harus menerima cerita lain. Harapannya, pihak kampus dan Pemda bisa segera turun tangan membantu, karena jika dibiarkan terus-menerus maka jangan salahkan kalau nanti dia dan teman-teman asrama akan melakukan demo.

Dinas Pendidikan Kotabaru Hadapi UAN

Persiapan Dinas Hadapi Ujian Akhir Nasional

KOTABARU – Dinas Pendidikan mempunyai trik baru dalam menghadapi Ujian Nasional yang diadakan sebentar lagi, untuk SMA dan sederajat. Dalam hal ini Kabid Dikmen, Johansyah pada hari Senin (02/01) mengatakan kepada Radar Banjarasmasin, kalau di hari Kamis (29/12) lalu dia mengadakan rapat dengan semua Kepala Sekolah di Kabupaten Kotabaru, dan salah satu hasilnya adalah tiap sekolah harus mengadakan rapat kerjasama dengan orangtua tentang peningkatan kuantitas belajar siswa.

Dia mengatakan, kalau hanya pihak sekolah saja yang aktif maka bisa saja siswa di rumah tidak maksimal belajar kalau orang tua justru tidak menyadari betapa sulitnya menghadapi ujian nasional ini. Maka, pihaknya segera memikirkan langkah yang tepat dalam menignkatkan efektifitas belajar siswa, sehingga lahirlah keputusan baru yakni sekolah bekerjasama dengan orang tua dalam meningkatkan waktu belajar anak murid.

Selain itu, dalam rapat tersebut dia juga mewajibkan kepada seluruh Kepala Sekolah membuat program kegiatan untuk menghadapi ujian nasional, beserta laporannya nanti. “Hal itu kami lakukan agar Kepala Sekolah juga turut proaktif dalam menghadapi ujian, seperti mengadakan les tiap sore, atau lainnya. Memang tahun kemarin juga sudah kami wajibkan, tapi sayang hanya beberapa Kepala Sekolah yang melaksanakan,” ujarnya.

Dia yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah di SMAN 2 Kotabaru ini, menambahkan pada bulan Februari nanti sekolah-sekolah menengah atas akan mengadakan praujian yang diadakan oleh pemerintah provinsi. Setelahnya baru akan diadakan tryout oleh Dinas Pendidikan Kotabaru dan juga sekolah, sehingga minimal tiap sekolah akan melaksanakan tes praujian sebanyak 3 kali. (mr-119)

DPRD Kotabaru Minta Dana Segera Diberikan

PEMDA Segera Bentuk PPTK

KOTABARU – Ketua DPRD Kabupaten Kotabaru, Alpidri Supiannor ST M Ap, saat ditemui di sela-sela aktifitas Rapat Paripurna, Senin (02/01), mengatakan kalau pihak DPRD mengusulkan kepada Pemda Kotabaru agar anggaran dana APBD tahun 2012 kalau bisa segera direalisasikan. Hal itu, katanya, demi menunjang kinerja mereka dalam melaksanakan berbagai macam program untuk tahun 2012.

Apabila dana tersebut bisa segera direalisasikan oleh Pemda dengan membuat PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan), maka pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya sudah di rencanakan di tahun 2011 bisa segera dilaksanakan. Dengan itu, tambahnya, para masyarkat pasti akan senang apabila program-program DPRD tidak tertunda dengan alasan klasik, seperti belum adanya dana dari pemerintah.

Maka pada hari itu juga, Radar Banjarmasin segera menemui Sekda Pemda Kotabaru, H Suriansyah, di kantornya. Dia yang terkenal taat pada agama ini mengatakan kepada Radar bahwa tanpa diusulkan pun pihaknya pasti akan segera membentuk PPTK demi kelancaran program Pemda sendiri. “Kami, segera akan membentuk tim PPTK itu demi kelancaran,” ujarnya.

Mendengar hal yang demikan terang saja pihak DPRD Kotabaru menyambut gembira perkataan Sekda tersebut. Mereka berharap, agar perkataan itu segera diwujudkan. Dan dengan sambutan dari Pemda yang diwakili oleh Sekda itu, dianggap sebagai bentuk kepedulian yang sangat baik oleh pihak DPRD. (mr-119)