Radar Banjarmasin, Grup Jawa Pos, adalah salah satu koran harian yang mengabarkan berbagai berita dari penjuru Kalsel, dan untuk blog ini dikhususkan bagi berita-berita seputaran Kotabaru.
Kategori Berita Kotabaru
- Berita dalam Cerita (Feature) (7)
- Ekonomi dan Bisnis (11)
- Hukum dan Kriminal (11)
- Kelautan dan Perikanan (23)
- Kesehatan (3)
- Pemkab Kotabaru (24)
- Pendidikan (11)
- Pertanian dan Perkebunan (5)
- Suara Saijaan (49)
- Tahukah Anda (27)
Sabtu, 14 Januari 2012
Nelayan Kotabaru Tewas Ditembak, Pelaku Sudah Ditangkap
Oknum Penembak Nelayan Ditangkap
KOTABARU – Penembakan yang mengakibatkan tewasnya Lampe (60), seorang
nelayan, membuat resah warga Kotabaru. Apalagi muncul dugaan, kalau
pelaku penembakan adalah oknum aparat yang seharusnya bertugas untuk
melindungi rakyat. Ketua HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia)
cabang Kotabaru, Samsul, menuntut agar pelaku segera diadili secara
terbuka dimana semua masyarakat bisa tahu proses dan hasilnya.
“Nelayan disini memang biasa berlindung di badan tongkang ketika cuca
sedang buruk seperti sekarang ini, dan kami tidak habis pikir mengapa
bisa terjadi penembakan membabi-buta seperti itu,” ujar Samsul kepada
Radar Banjarmasin, Kamis (12/01).
Secara terpisah, Komandan
Lanal Kotabaru Letkol Laut (P) Yudi Subiantoro membenarkan jika pihaknya
bersama Polair melakukan pengejaran terhadap tugboat yang melakukan
penembakan terhadap nelayan.
“Tadi pagi (sekitar jam 08.00,
Red), tugbot dan tongkang sudah berhasil kami tangkap di perairan
Tanjung Samalantakan (Kecamatan Pamukan Selatan Kotabaru) dekat Kaltim,
setelah satu malam melakukan pengejaran bersama tim gabungan,” ujarnya.
Dia juga menerangkan, bahwa tongkang berisi kontainer tersebut
berangkat dari Lamongan Jawa Timur menuju ke Mangkaliat Kalimantan
Timur, diduga membawa alat-alat salah satu perusahaan disana. Mangkaliat
sendiri dikenal dengan kandungan batubaranya yang melimpah.
Wartawan koran ini pun bersiaga di pelabuhan, menyusul informasi bahwa
rombongan aparat gabungan yang diikuti Kasat Pol Air Kotabaru Akp
Rokhmadi dan Kapolres Kotabaru AKBP Rosyanto Yudha Hermawan akan merapat
di Pelabuhan pukul 19.00 malam.
Namun sampai pukul 21.00 Wita,
ternyata hanya Kapolres Kotabaru yang muncul. Kepada Radar Banjarmasin,
ia mengakui jika oknum aparat yang melakukan penembakan sudah
ditangkap.
"Data-datanya sekarang ada di mabes, sedangkan
pelaku sudah ditangani Polda, jadi kalau mau keterangan lebih kesana
saja," ujarnya.
Kabid Humas Polda Kalsel AKBP Aby Nursetyanto
yang dikonfirmasi tadi malam, membenarkan jika pelaku penembakan
langsung dibawa ke Polda Kalsel. Namun mengenai detil kasus tersebut,
termasuk dari kesatuan mana oknum yang melakukan penembakan, ia belum
bisa memberikan keterangan lebih lanjut.
Sementara itu,
Saparuddin, keluarga korban yang ditemui Radar Banjarmasin di RSUD
Kotabaru kemarin, kembali menceritakan. Insiden penembakan pada Rabu
(11/1) pukul 16.00 Wita menimpa kapal yang mengangkut Lampe, Andi Baha,
Herman, Sudir dan Borahim. Mereka mengikatkan kapal ke badan tongkang
berisi konainer yang ditarik oleh tugbot ke arah Kaltim. Mereka
melakukan hal tesebut, karena cuaca sedang tidak bersahabat, hujan,
cuaca gelap disertai angin yang kencang.
Ketika cuaca sudah
cerah, Andi Baha kemudian keluar kapal dan melepas ikatan dari badan
tongkang. Tiba-tiba, dari tongkang keluar seorang lelaki berpostur
seperti tentara dan hanya memakai celana kolor, menyuruh Andi Baha
segera menyingkir dari tongkang. Pikir, Andi Baha, dia memang sudah
berniat pergi karena cuaca telah cerah. Namun naas, lelaki diatas
tongkang tiba-tiba saja membanjiri kapal dengan peluru, dengan senjata
laras panjang.
Mendapati serangan itu, Lampe yang sedang
berbaring-baring bersama tiga temannya langsung ditembus peluru hingga
tewas. Sedangkan Lampe terkena tembakan di kaki. Herman pun buru-buru
menyalakan mesin dan Sudir mengambil alih kemudi.
“Kasian,
kalau Lampe yang tewas itu meninggalkan tiga orang cucu yang menjadi
tanggungannya, kalau Andi Baha dia punya istri dan enam anaknya yang
masih kecil-kecil, sekarang dia sakit, tidak bisa bekerja, siapa yang
menanggung mereka. Saya minta pemerintah dan anggota dewan melihat nasib
nelayan kecil seperti kami ini,” ujarnya Saparuddin dengan mata
berkaca-kaca. (mr-119/hni/yn/bin)
Dinas Kotabaru Kembali Peringati Mahasiswa Terkait Beasiswa
MAHASISWA LUPA LAPOR PENGGUNAAN BEASISWA
KOTABARU – Kasi Keuangan Dinas Pendidikan Kotabaru, Husni Sagir,
menyampaikan kepada Radar Banjarmasin kalau masih banyak mahasiswa yang
telah menerima beasiswa namun sampai sekarang belum memberikan lembar
pertanggungjawaban pemakaian dana beasiswa yang sudah diberikan tahun
kemarin.
Dia sangat mengharapkan kepada para mahasiwa bersangkutan, yang merasa belum
memberikan lembar pertanggungjawaban kepadanya, agar bersegera lapor,
supaya dia juga bisa secepatnya membereskan laporan keuangan yang ada di
Dinas Pendidikan.
Dari data yang dia berikan kepada Radar,
tercatat ada 22 mahasiswa yang belum melaporkan pertanggungjawaban.
Memang, katanya, pihak dinas sudah menempelkan nama-nama mahasiswa yang
bersangkutan di setiap asrama mahasiswa Kotabaru, dengan harapan
mahasiswa bersangkutan mengetahui dan segera melapor ke dinas.
Keterlambatan ini, tuturnya, sering terjadi karena mungkin akibat jumlah
nominal beasiswa yang tidak terlalu besar (sekitar Rp1,25 juta per
mahahsiswa, Red), maka mahasiswa sering kelupaan dan mengabaikan
tanggungjawab tersebut. “Saya yakin, mahasiswa bisa dengan mudah
memberikan lembar pertanggungjawaban, hanya kuitansi pembayaran uang
semester, itu sudah mencukupi. Tapi sayang, meski mudah mereka sering
lalai,” ujarnya.
Adapun kendala lainnya, adalah apabila
mahasiswa yang bersangkutan sudah lulus kuliah dan bekerja di luar
daerah. Beruhubung, misalnya, nomor handhphone yang dulu sudah tidak
terpakai, maka menghubunginya sangat sulit, ditambah dengan kenyataan
kalau mahasiswa sendiri sudah sangat jauh keberadaannya.
Meski
demikian, pihaknya juga akan terus mencari cara agar bisa terkoneksi
dengan para mahasiswa yang jauh tersebut. Baik dengan cara menanyai
langsung ke alamat rumah yang dulu pernah di tulis mahasiswa kala
mengajukan permohonan mendapatkan beasiswa, atau lewat jalur internet.
Dan pihaknya masih memberi waktu bagi para mahasiswa tadi untuk
mengumpulkan lembar pertanggungjawaban.
Sedangkan saat wartawan
bertemu dengan salah satu mahasiswa asal Pulau Laut Barat, dia
mengatakan kalau kelupaan akan kewajiban mengumpul lembar
pertanggungjawaban murni karena alpa. “Wah, saya sudah tidak ingat lagi
itu. Untung anda mengingatkan saya. Nanti, secepatnya saya akan bikin
laporannya, karena hanya dengan bukti pembayaran uang satu semester dana
beasiswa itu sudah habis, nombok malah,” ujarnya kepada Radar
Banjarmasin (10/11). (mr-119)
Konflik Antara Nelayan Kotabaru Dengan Dishub
DISHUB KOTABARU AKALI NELAYAN?
KOTABARU – Warga nelayan Desa Hilir Muara Kotabaru mengeluh akan
kinerja Dinas Perhubungan kala mengukur berat kapal. Kata Aco, selama
ini petugas dari Dinas mengukur panjang kapal dari ujung haluan ke ujung
buritan, padahal kalau di Tanah Bumbu, yang diukur itu hanya bagian
lunas saja.
“Kalau panjang kapak diukur mulai ujung haluan
sampai ujung buritan, itu namanya pencurian panjang. Karena yang diberi
muatan, kan, hanya bagian rongga kapal dan itu panjangnya tidak lebih
dari panjang lunas kapal,”ujarnya kepada Radar Banjarmasin (11/01).
Apabila pengukuran yang dilakukan seperti itu, maka menurut mereka itu
akan mengakibatkan jumlah ton kapal meningkat lebih tinggi dari ukuran
sebenarnya. Kalau hanya lunas yang diukur, tambah mereka, berat kapal
paling hanya 7 ton, tapi kalau memakai cara mereka (petugas Dinas
Perhubungan, Red), maka berat kapal bisa mencapai 9 ton.
Sedangkan dalam peraturan pemerintah disebutkan bahwa untuk kapal di
atas 7 ton, membuat izinnya menjadi wewenang provinsi, sedangkan di
bawah 7 ton itu menjadi wewenang kabupaten. Jadi, kata mereka, kapal
yang beratnya mencapai 9 ton (memakai cara pengukuran Dinas Perhubungan,
Red) harus mengurus izin di tingkat provinsi, dan itu, katanya, lebih
menyulitkan prosedurnya.
Dari itu para nelayan, dimana melaut
sendiri merupakan salah satu pekerjaan dominan di Kotabaru, mengharapkan
agar Dinas melakukan pengukuran seperti yang dilakukan di Tanah Bumbu,
karan pengukuran demikan tidak membuat berat kapal bernilai lebih tinggi
daripada seharusnya.
Sedangkan ketika Radar mencoba mencari
klarifikasi ke Dinas Perhubungan, didapati Kepala Dinas dan Kabid
Kelautan sedang tidak ada di tempat. Disana hanya ada beberapa staf
diruangan Kabid yang kemudian menunjukkan gambar berupa keterangan tata
cara pengukuran kapal yang tepat.
Karena gambar yang dia
tunjukkan banyak memakai istilah kelautan, maka wartawan pun menanyakan
maksud dari penjelasan gambar tersebut, dan anehnya dia mengaku tidak
tahu menjelaskan maksud gambar tersebut. Karena dirasa tidak mungkin
seorang staf Dinas Perhubungan yang berkantor di Kabid Kelautan, tidak
tahu penjelasan dari gambar, wartawan segera kembali mendesaknya.
Setelah didesak, staf yang namanya enggan disebutkan ini, akhirnya
mengatakan kalau urusan yang seperti itu biar Kepala Dinas atau Kabid
Kelautan saja yang menjawab. Dengan kata lain, dia mungkin saja
mengetahui penjelasan gambar tentang tata cara pengukuran kapal yang
benar, hanya tidak berani memberikan penjelasan tanpa ada arahan dari
Kepala Dinas atau Kabid Kelautan.
Disisi lain dia berani
memastikan kalau pengukuran itu tidak seperti yang warga katakan.
Kemungkinan, katanya, warga yang memberi keterangan tersebut tidak
terlalu mengerti tentang penjelasan dinas sebelumnya mengenai tata cara
pengukuran yang tepat. Sehingga baru-baru ini dinas, katanya, melakukan
sosialiasasi tentang tata cara pengukuran yang tepat kepada warga dengan
membagi-bagikan fotokopian gambar yang tidak bisa dia jelaskan tadi.
(mr-119)
Dosen STIKIP Kotabaru Pernah Diserbu Warga
Dosen STIKIP Pernah Diserbu Warga
KOTABARU – Kalau selama ini kita meyangkan menjadi seorang dosen itu
enak, maka pekerjaan prestius ini bisa menjadi lain ketika dosen
tersebut mengajar di daerah rawan perkelahian pemuda, seperti di
Kotabaru.
Itu dialami oleh seorang Pembantu Ketua 2 STIKP Paris
Barantai Kotabaru, Rony Safriansyah. Kepada Radar Banjarmasin, Rabu
(11/01), dia menuturkan kalau sudah berapa kali kampusnya didatangi warga desa Rampa Kotabaru, dengan berbekal senjata tajam.
Masalahnya, katanya, biasa saja, misalnya mahasiswa yang pulang kuliah
tiba-tiba menyenggol anak desa denga kendaraan dengan tidak sengaja.
Walau anak yang disenggol tadi tidak mengalami luka apa-apa, tapi
kesokan harinya orang-orang kampung datang ke kampus sambil
berteriak-teriak dan mengancam akan memukul mahasiswa bersangkutan.
Tentu saja kejadian tersebut membuat takut para mahasiswa, dan beberapa
dosen-dosen. Namun, Rony yang merupakan putra daerah Kotabaru ini,
lantas mengajak para warga tadi berbicara baik-baik di dalam ruangan.
Dan setelah melakukan pendekatan yang sifatnya personal serta simpatik,
warga yang marah dan membawa sajam tadi akhirnya meminta maaf dan
memilih pulang.
“Sudah demikian keadaan warrga disini. Itu
hanya merupakan kebiasaan saja, dimana mereka ketika menyelesaikan
masalah lebih senang dengan cara-cara fisik. Saya sebagai putra daerah
sangat memaklumi hal tersebut. Sebenarnya mereka tidak semenakutkan apa
yang kita bayangkan, asal kita bisa bersikap sesuai dengan jalur psikis
mereka, maka masalah akan selesai dengan damai,” ujarnya memamparkan.
Disisi lain, dia tidak menyalahkan sikap masyarakat yang “keras” itu.
Mungkin keadaan tersebut juga disebabkan, salah satunya, adalah faktor
SDM masyarakat sendiri. “Mereka bisa kok diajak kerjasama. Bahkan ketika
kami adakan acara agama, mereka datang dan bersikap sangat baik,”
ujarnya.
Dari itu dia juga bersukur, karena sebagai putra
daerah, dia bisa menyaksikan bagaimana perubahan masyarakat selama
kampus berdiri. Dampak yang paling dirasakan adalah berkurangnya pemuda
yang suka mabuk-mabukan di jalan malam hari, dimana salah satu
penyebabnya adalah banyaknya mahasiswa yang kos di sekitar rumah
penduduk.
Kalau dulu, kata Imah (35), hampir tiap malam para
pemuda desa pasti mabuk-mabukan, sekarang setelah STIKIP berdiri
peristiwa demikan jarang terjadi. Memang dari pantauan Radar Banjarmasin
sendiri, masih ada beberapa pemuda desa yang menghisap lem castol untuk
mabuk-mabukan, dan itu dilakukan di areal kampus. Hanya penduduk,
memastikan bahwa kenyataan itu tidak separah sebelum adanya STIKIP.
Rony sendiri sangat berhapar kedepannya msyarakat, utamanya pemuda
sekitar, bisa terus mengalami perubahan-perubahan ke arah yang lebih
positif. Memang, tambahnya, semua itu tidak bisa instan, kita perlu
waktu, karena mendidik dan membangun masyarakat perlu waktu dan sikap
yang konsisten dari semua elemen masyarakat. (mr-119)
KOTABARU – Kalau selama ini kita meyangkan menjadi seorang dosen itu enak, maka pekerjaan prestius ini bisa menjadi lain ketika dosen tersebut mengajar di daerah rawan perkelahian pemuda, seperti di Kotabaru.
Itu dialami oleh seorang Pembantu Ketua 2 STIKP Paris Barantai Kotabaru, Rony Safriansyah. Kepada Radar Banjarmasin, Rabu (11/01), dia menuturkan kalau sudah berapa kali kampusnya didatangi warga desa Rampa Kotabaru, dengan berbekal senjata tajam.
Masalahnya, katanya, biasa saja, misalnya mahasiswa yang pulang kuliah tiba-tiba menyenggol anak desa denga kendaraan dengan tidak sengaja. Walau anak yang disenggol tadi tidak mengalami luka apa-apa, tapi kesokan harinya orang-orang kampung datang ke kampus sambil berteriak-teriak dan mengancam akan memukul mahasiswa bersangkutan.
Tentu saja kejadian tersebut membuat takut para mahasiswa, dan beberapa dosen-dosen. Namun, Rony yang merupakan putra daerah Kotabaru ini, lantas mengajak para warga tadi berbicara baik-baik di dalam ruangan. Dan setelah melakukan pendekatan yang sifatnya personal serta simpatik, warga yang marah dan membawa sajam tadi akhirnya meminta maaf dan memilih pulang.
“Sudah demikian keadaan warrga disini. Itu hanya merupakan kebiasaan saja, dimana mereka ketika menyelesaikan masalah lebih senang dengan cara-cara fisik. Saya sebagai putra daerah sangat memaklumi hal tersebut. Sebenarnya mereka tidak semenakutkan apa yang kita bayangkan, asal kita bisa bersikap sesuai dengan jalur psikis mereka, maka masalah akan selesai dengan damai,” ujarnya memamparkan.
Disisi lain, dia tidak menyalahkan sikap masyarakat yang “keras” itu. Mungkin keadaan tersebut juga disebabkan, salah satunya, adalah faktor SDM masyarakat sendiri. “Mereka bisa kok diajak kerjasama. Bahkan ketika kami adakan acara agama, mereka datang dan bersikap sangat baik,” ujarnya.
Dari itu dia juga bersukur, karena sebagai putra daerah, dia bisa menyaksikan bagaimana perubahan masyarakat selama kampus berdiri. Dampak yang paling dirasakan adalah berkurangnya pemuda yang suka mabuk-mabukan di jalan malam hari, dimana salah satu penyebabnya adalah banyaknya mahasiswa yang kos di sekitar rumah penduduk.
Kalau dulu, kata Imah (35), hampir tiap malam para pemuda desa pasti mabuk-mabukan, sekarang setelah STIKIP berdiri peristiwa demikan jarang terjadi. Memang dari pantauan Radar Banjarmasin sendiri, masih ada beberapa pemuda desa yang menghisap lem castol untuk mabuk-mabukan, dan itu dilakukan di areal kampus. Hanya penduduk, memastikan bahwa kenyataan itu tidak separah sebelum adanya STIKIP.
Rony sendiri sangat berhapar kedepannya msyarakat, utamanya pemuda sekitar, bisa terus mengalami perubahan-perubahan ke arah yang lebih positif. Memang, tambahnya, semua itu tidak bisa instan, kita perlu waktu, karena mendidik dan membangun masyarakat perlu waktu dan sikap yang konsisten dari semua elemen masyarakat. (mr-119)
Dinas Pendidikan Kotabaru Dekati Sekolah
Dinas Dekati Sekolah
Kepala Dinas: “Kalau memang ada oknum kami yang meminta uang kala
pihak guru atau sekolah berurusan, silakan lapor langsung kepada saya,”
-------------
KOTABARU – Kepala Dinas Pendidikan Kotbaru, Drs Eko Suryadi WS S Ikom
MM, mengatakan kepada Radar Banjarmasin, Selasa (10/01), bahwa
kedepannya dia akan terus berusaha agar hubungan antara Dinas Pendidikan
dan Sekolah bisa lebih menyatu di banding tahun sebelumnya.
“Jadi kita akan menerapkan sistem kekeluargaaan, sehingga antara sekolah
dan dinas nantinya dikenal dengan dengan sebutan, Dinasnya Sekolahan
dan Sekolahannya Dinas,” ujarnya.
Maka, tambahnya, nanti
diharapkan tidak ada lagi kesenjangan antara pihak sekolah dengan dinas,
seperti yang pernah dikeluhkan waktu-waktu yang lalu, diusahakan dalam
dunia pendidikan yang ditekankan adalah cinta dan sayang, karena itulah
hakikat pendidikan.
Dia juga menegaskan bahwa jangan sampai
lagi ada rasa sungkan pihak dinas kala bertemu dengan pihak sekolah,
atau sebaliknya. “Kalau memang ada oknum kami yang meminta uang kala
pihak guru atau sekolah berurusan, silakan lapor langsung kepada saya,”
ujarnya tegas.
Sebagai kerja nyata dalam menunjukkan bahwa
dinas ingin menghapus kesenjangan antara sekolah dan dinas sendiri, maka
pihaknya mulai melakukan sidak kesekolah-sekolah. Seperti yang
baru-baru ini dia lakukan ke sekolah SMK 2 Kotabaru, SDN Gunung Sari,
dan SMP3 Pulau Laut Utara. Dari sidak itu, katanya, dia dan jajaran
dinas pendidikan bisa menyerap aspirasi pihak sekolah utamanya guru
tentang kemajuan pendidikan di Kotabaru.
Dalam sidak itulah,
dia menemukan kalau beberapa sisi dari dinas sudah dianggap baik. Memang
masih perlu lagi perbenahan kedepannya, hanya hal itu dilakukan saja
secara bertahap, melaui dukungan berbagai pihak, seperti Bupati Irhami,
yang diakuinya selama ini banyak membantu Dinas Pendidikan Kotabaru.
Di akhir wawancara dia mengatakan kalau salah satu pilar terpenting
dari pembangunan pendidikan generasi muda adalah orang tua dan
masyarakat. Dua pilar ini, bersama-sama dengan sekolah harus saling
bahu-membahu demi terciptanya generasi muda Kotabaru yang menguasai
agama dan ilmu pengetahuan lain.
Karena pihak sekolah hanya
bisa mengawasi anak kurang lebih sekitar 7-8 jam sehari, sisanya akan
menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat dimana anak didik
tinggal. Sehingga peran kedua pilar ini sangat diharpkan demi mencapai
kesejahteran yang lebih baik di masa depan. (mr-119)
Nelayan Bagang Kotabaru Terkendala Angin Kencang di Laut
Nelayan Bagang Terkendala Musim
KOTABARU – Sekarang para nelayan bagang di daerah Lontar Pulau Laut
Barat tidak dapat mencari ikan teri beberapa bulan ini, akibat
kencanganya angin yang berhembus dari arah Barat. Praktis, para nelayan,
yang daerahnya berjarak sekitar 110 kilometer dari Kotabaru ini,
terpaksa memancing ikan secara manual.
“Nde nulle akko pakkui, ‘nde gaga bale lure, makencang senna
angingna. Terkecuali daerah Labuan Amas, mala pala kikkoro, saba’ na
icalindrungi pa’bale koro pole anging, apa engka bulu-bulu matandre,
(tidak bisa dapat ikan teri karena angin kencang. Kecuali daerah Labuan
Amas, disana nelayan bisa dapat kerena angin terlindung oleh gunung,
Red),” ujar Kaco, dalam bahasa Bugis.
Itulah yang dialami oleh
para nelayan di daerah Kotabaru setiap tahun, utamanya nelayan bagang
yang bekerja menangkap ikan teri. Minimal 2-3 bulan dalam setahun mereka
tidak bisa membagang (menangkap teri, Red), ketika angin kencang. Kalau
sudah begitu, maka para nelayan tadi akan melakukan pekerjaan-pekerjaan
lain, yang biasanya masih bekutat di laut.
Mereka, para
nelayan, hanya berharap angin di lautan tahun ini tidak menjadi badai
yang besar. Karena kalau itu terjadi maka biasanya akan ada beberapa
rumah bagang yang rusak. Padahal, untuk membangun satu buah rumah bagang
butuh sedikitnya dana di atas Rp10 juta. Bukan jumlah yang kecil
tentunya bagi para nelayan pesisir ini.
Pernah memang, ada
wacana dari sebagian tokoh nelayan di pesisir Lontar Pulau Laut Barat
untuk mencoba meminjam dana dari bank. Hanya wacanca tersebut urung
ditindaklanjuti, sebab dari cerita yang mereka dengar, bank di Kotabaru
jarang ada yang mau memberikan pinjaman lunak kepada para pebagang,
sebab diakui resiko bagang rusak selalu ada setiap tahun.
Jadilah para nelayan-nelayan ini hanya menjalankan usaha dari modal
sendiri atau pinjaman seorang berpunya di kampung, tentu dengan bunga
kembalian yang tinggi. Dari itu, M Saripuddin, warga Lontar, sangat
mengharapkan agar pemerintah daerah memberikan perhatian kepada
nasib-nasib nelayan bagang ini, karena disadari, para nelayan ini ikut
turut memberikan konstribusi kepada Kotabaru dalam bidang kelautan.
Katanya, daerah Kotabaru sebenarnya mempunyai potensi kelautan yang
sangat besar. Adalah merupakan kesalahan fatal apabila potensi ini tidak
dikembangkan secara maksimal. Dia yang juga merupakan salah satu
petinggi di PT IBT (Indonesian Bulk Terminal) ini, mengaku kalau sedari
dia kecil memang para masyarakat pesisir biasanya sulit meninggalkan
pekerjaan sebagai nelayan, dan kenyataan itu bisa menjadi salah satu
pertimbangan Pemda. (mr-119)
Dinas Pendidikan Kotabaru Peringati Mahasiswa Kotabaru Terkait Beasiswa
KOTABARU – Apa jadinya jika uang beasiswa yang seharusnya digunakan sebagai salah satu penunjang kelancaran kuliah, malah digunakan untuk poyah-poyah? Itulah yang sangat disesalkan oleh Kasi Keuangan Dinas Pendidikan Kotabaru, Husin Sagir.
Dia mengatakan keresahannya itu kepada Radar Banjarmasin (06/01). Tuturnya, dia pernah mendapat laporan bahwa ketika mah asiswa selesai menerima uang beasiswa langsung saja pergi ke Mall untuk berbelanja diluar keperluan kuliah. “Masa uang kuliah dibelikan berbagai macam pakaian. Uang itu, kan, seharusnya digunakan untuk membayar segala macam keperluan kuliah, bukan keperluan pribadi,” ujarnya.
Padahal, lanjutnya, niat pemerintah memberikan bantuan berupa beasiswa kepada mahasiswa asal Kotabaru yang berprestasi di kampus, agar mahasiswa yang bersangkutan lebih bisa meningkatkan lagi prestasi belajarnya, dan mengharumkan nama Kotabaru. Seperti diketahui, kalau mahasiswa asal Kotabaru banyak yang kuliah di luar daerah, seperti di Banjarmasin.
“Seharusnya mereka (para penerima beasiswa, Red), kuliah di luar daerah, buat prestasi yang membanggakan, lah. Angkat nama daerah melalui berbagai bidang, seperti olahraga, seni, maupun akademik. Nah, nanti kalau mereka sudah lulus bisa bekerja di daerah sendiri,” ujarnya panjang lebar.
Dia yang selama ini memang ditugaskan untuk mendata dan membagi-bagikan uang beasiswa kepada mahasiswa berprestasi mengaku sedih jika melihat kenyataan diatas, dimana sejatinya uang beasiswa itu adalah merupakan uang rakyat. Jadi, sebagaimana amanat, tambahnya, uang rakyat itu merupakan tanggung jawab besar bagi mahasiswa untuk mengelolanya.
Memang tidak besar jumlah nominal beasiswa tersebut, sekitar Rp1,25 juta untuk mahasiwa di luar FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), sedangkan untuk FMIPA sendiri sekitar Rp2,5 hingga Rp3 juta. Dana itu diberikan sekali dalam satu semester, dan apabila semester berikutnya mahasiwa tadi masih memenuhi syarat, maka akan terus diberikan beasiwa lanjutan dengan jumlah nominal yang sama.
Adapun ketika Radar Banjarmasin mencoba mencari keterangan kepada para mahasiswa yang pernah menerima beasiswa, maka memang ada sebagian dari mereka yang mneggunakan uangnnya di luar keperluan kuliah. “Ya, saya dulu menggunakan sebagian uang beasiswa untuk membeli handhphone baru. Habis, mau diapain lagi uangnya, biaya kuliah sudah saya bayar semua,” ujar mahasiswa jurusan keguruan ini sambil tertawa.
Bahkan dia juga menambahkan kalau pernyataan Sagir tentang mahasiswa yang tidak sadar tanggung jawab atas beasiswa yang diberikan, sepertinya berlebihan. Pasalnya, kata dia, kebanyakan para penerima beasiswa lulus dengan cepat dengan angka memuaskan. Ya, memang, tambahnya, tidak semua mahasiwa bisa berprestasi di luar bidang akademik. “Tapi, kan, pencapaian yang bagus di bidang akademik juga patut dibanggakan,” ujarnya. (mr-119)
Warga Lontar Kotabaru Berharap Lisrik Siang Malam Demi Ekonomi dan Pendidikan
Ekonomi dan Pendidikan Mandeg Karena Listrik
KOTABARU – Ironis sekali nasib warga Kecamatan Pulau Laut Barat. Meski
Kotabaru termasuk salah satu kawasan penghasil energi berupa batubara,
yang juga ikut menjadikan negara Indonesia masuk peringkat ke 2 duna
dalam ekspor batubara, sayang warga Kecamatan Pulau Laut Barat sampai
sekarang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat akibat tidak adanya
listrik di siang hari.
Praktis, para warga yang menjalankan
usahanya dengan mengandalkan listrik hanya bisa buka mulai pukul 18.00
sore, itu pun hanya sampai sekitar pukul 23.00 malam, karena warga tidak
mungkin beraktifitas hingga tengah malam. “Ya, usaha pengetikan,
fotokopi, print, juga cetak foto, hanya bisa dilaksanakan kalau malam,
padahal untungnya lumayan apabila siang juga bisa buka,” ujar Masdar,
seorang guru.
Sedangkan di daerah tersebut terdapat pelabuhan
batubara terbesar di kawasan Asia Tenggara yakni PT IBT (Indonesian Bulk
Terminal). Dimana menurut salah satu pekerja disana yang namanya
engggan disebutkan, bahwa salah satu mesin perusahaan sering tidak
dipakai dan itu bisa digunakan untuk menyinari kawasan Lontar (ibukota
Pulau Laut Barat, Red) dan daerah-daerah lainnya di Pulau Laut Barat.
Padahal, katanya, seandainya PT IBT mau bermurah hati untuk memberikan
salah satu mesinnya kepada warga maka itu bisa menjadi salah satu
elternatif pemecahan masalah listrik di siang hari. “Kan, kalau malam
bisa pakai mesin PLN, dan kalau pagi bisa memakai mesin perusahaan,”
ujarnya.
Belum lagi jika kita mendengar cerita para guru di
Lontar, mereka sering sekali mengeluh ketika bertugas di malam hari,
saat mata mengantuk, lampu listrik malah sering padam. Sedangkan
laboratorium-laboratorium bahasa yang seyogyanya menjadi wadah anak
belajar kala siang hari, terpaksa hanya bisa dioperasionalkan sesekali,
dengan menggunakan mesin sekolah.
“Gimana anak kami bisa
menyaingi anak di kota yang sudah menikmati berbagai fasilitas
elektronik untuk menunjang percepatan pembelajaran mereka, apabila
fasilitas vital berupa listrik belum bisa dinikmati siang hari,” ujar
Zainal Abidin, tenaga pengajar di SMPN 1 Pulau Laut Barat.
Dari
itu para warga disana sangat berharap dari tindakan Pemda setempat agar
dengan serius menyikapi permasalahan tahunan ini. Jangan samapai,
katanya, kekecewaan warga memuncak. Bahkan, katanya, warga Desa Kampung
Baru sudah sering mendatangi kantor PLN Lontar, mendemo pemasalahan ini.
Namun katanya, alasan PLN, selalu sama, yakni mesin sudah tua jadi
sering rusak.
Dan ketika Radar Banjarmasin mencoba mencari
keterangan ke pihak PLN sore Sabtu (07/01), maka didapati keadaan PLN
sangat lengang. Ketika seorang warga menununjukkan rumah salah satu
petugas PLN, Radar hanya mendapatkan keterangan dari anak petugas, bahwa
ayahnya sedang keluar dan tidak tahu kapan baru pulang.
Sangat
disayangkan memang, padahal Indonesia dari catatan dalam sebuah jurnal
berjudul JCOAL Resources Development Division, dikatakan bahwa ekspor
batubara ke luar negeri terus mengalami peningkatan setiap tahun.
Sekitar 16 tahun lalu, ekspor hanya 13 juta ton pertahun, dan pada tahun
2010 ekspor sudah mencapai angka 256 juta ton pertahun.
Dengan
kata lain, sebenarnya negara kita mempunyai energi yang sangat
melimpah, hanya sayang rupanya pemerintah lebih memilih menjualnya ke
pasar dunia, tentu saja dengan alasan keuntungan. Alih-alih
memanfaatkannya untuk percepatan peningkatan ekonomi lokal dan
peningkatan mutu pendidikan melalui layanan jasa berupa pengadaan
listrik setiap daerah, utamanya pedesaan. (mr-119)
Petani Tanjung Pelayar Kotabaru Gembira
Berharap Kiriman Pestisida Didahulukan Daripada Bibit Padi
KOTABARU – Zainal Abidin, Ketua Poktan (Kelompok Tani) Akar Harapan
Desa Tanjung Pelayar Kecamatan Pulau Laut Barat mengaku gembira atas
bantuan dari Pemkab Kotabaru melalui Dinas Pertanian, berupa pemberian
benih padi Gogo, Pestisida, Insektisida, dan Fungisida.
Dia melanjutkan kalau anggota Poktan yang dia pimpin memang sangat mengharapkan
bantuan bibit padi, bukan saja para anggota itu sendiri yang notabene
adalah penduduk miskin di Desa Tg Pelayar, namun juga seluruh anggota
yang berjumlah 25 orang memang merupakan para petani.
Bantuan
itu sendiri sangat penting artinya bagi para petani kecil di Kecamatan
Pulau Laut Barat, karena biaya pengolahan tanah sampai penanaman
tergolong mahal. “Kalau tidak ada bantuan dari pemerintah, para petani
sedikitnya memerlukan sekitar Rp4 juta untuk menanam 1 hektar tanah,
karena biaya pestisida, bibit, dan lainnya. Nah, dengan modal sebesar
itu, sangat sulit rasanya para petani bisa menanam padi dengan modal
sendiri,” ujarnya.
Sedangkan para pekerja yang ditemui Radar
Banjarmasin (07/01) di lahan yang akan digarap, tampak sibuk bekerja
menebas tumbuhan-tumbuhan liar. Lahan yang berjarak sekitar 130
kilometer dari Kotabaru ini, dari pantuan Radar Banjarmasin, memang
masih berat untuk dkerjakan secara manual, dimana para pekerja hanya
menggunakan parang dan cangkul.
Meski demikian, mereka mengaku
kalau bisa menanam padi di tahun ini merupakan hal yang sangat
menggembirakan. “Ya, apa ni pi uyai mua bassa ita die, pendidikan
andiadziang apalagi mua modal (ya, kalau orang seperti kami ini mau
kerja apa lagi, pendidikan tidak punya apalagi modal, Red),” ujar Pua
Ulang (70) dalam bahasa Mandar.
Hanya yang patut disayangkan
dari bantuan ini adalah terlambatnya pemberian pestisida. Untuk
sekarang, pemberian pestisida baru diberikan bulan Januari 2012,
sehingga yang seharusnya padi sudah bisa ditanam bulan Desember jadi
molor. Maka kedepan, mereka berharap kepada Pemkab Kotabaru agar
sekkiranya pemberian pestisida sudah dilakukan sebelum pemberian bibit
padi, sehingga ketika bibit padi tiba lahan sudah dalam keadaan siap
tanam.
Karena selama ini untuk kawasan Pulau Laut Barat,
tahapan pembersihan lahan yang paling sulit adalah pembasmian tumbuhan
ilalang. Tumbuhan ini, menurut warga, jika tidak dibasmi sampai ke
akar-akarnya hanya merupakakan pekerjaan sia-sia belaka, karena
pertumbuhannya sangat cepat. Maka kehadiran pembasmi ilalang seperti
pestisida mutlak diperlukan bagi petani di Pulau Laut Barat. (mr-119)
Jembatan Ayun Kotabaru Terkendala Cagar Alam
PEMBANGUNAN JEMBATAN AYUN TUNGGU KEPUTUSAN PUSAT
KOTABARU – Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten
Kotabaru, H Adrian Noor ST MT, sudah setahun menunggu keputusan dari
Kementrian Kehutaan RI tentang status 8 hektar tanah di Tanjung Ayun
yang masuk kawasan cagar alam.
Itu diungkapkannya kepada Radar Banjarmasin, Kamis (05/01), untuk menjelaskan mengapa sampai sekarang pembangunan Jembatan Ayun yang menghubungkan Pulau Laut dengan pulau Kalimantan belun juga direalisasikan.
Padahal sejatinya, dana sekitar Rp1 T sudah disediakan pihak ke 3,
yakni PT Silo. Katanya, dengan dana sebesar itu maka Pemkab sudah bisa
membangun konstruksi jembatan sepanjang 3 kilometer. Sayang, Kementerian
Kehutanan RI belum memberikan keputusan izin pakai untuk sebagian areal
cagar alam yang nantinya akan digunakan kontraktor meletakkan
tiang-tiang pondasi jembatan.
Akunya, dia dan masyarakat sudah
lama berharap agar pekerjaan jembatan tersebut bisa dimulai sesegera
mungkin. Karena dari catatan di situs Bappeda, didapat perhitungan bahwa
peningkatan PDRB (Produk Daerah Regional Bruto) akan meningkat sebanyak
2,8% atau Rp150 M dalam setahun, saat jembatan sudah bisa
dioperasionalkan secara maksimal.
Memang sejak lama Pemkab
Kotabaru merasa pembangunan Jembatan Ayun ini sudah menjadi kebutuhan
vital bagi peningkatan perokonomian daerah. Hal itu dikarenakan, daerah
Kotabaru sendiri, selama ini hampir semua jalur distribusi perkonomian
baik berupa barang dan jasa dilakukan lewat laut.
Mak dari itu
Adrian selaku pihak yang nantinya bewenang dalam pelaksanaan pambangunan
jembatan tersebut sangat berharap peran aktif pemerintah pusat dalam
menyelesaikan masalah pembebasan 8 hektar tanah yang masuk kawasan cagar
alam di Tanjung Ayun. “Kalau memang pihak pemerintah ingin tukar
guling, kami siap mencarikan daerah lain di Kotabaru sebagai ganti 8
hektar tanah cagar alam itu,” ujarnya. (mr-119)
Pembangunan Jalan di Kotabaru Terkendala Dan dan Luas Daerah
SETAHUN HANYA BISA SELESAIKAN 10 Persen PEMBANGUNAN JALAN
KOTABARU – Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, H Ardian Noor
ST MM, menjawab keresahan warga Desa Gedambaan Kecamatan Pulau Laut
Utara tentang kondisi jalan yang dirasa belum diperbaiki secara maksimal
karena hanya dtimbuni saja dengan batu kemudian baru dilakukan
pengerasan.
Dalam wawancara dengan Radar Banjarmasin, Kamis (05/01), dia
mengatakan agar warga disana bisa bersabar, karena pihaknya sendiri
sedang berusaha keras dalam menyikapi penyelesaian pembangunan jalan di
Kabupaten Kotabaru ini.
“Bukan perkara mudah memperbaiki semua
jalan yang rusak di Kotabaru ini. Coba perhatikan luasan daerah kita itu
sebesar 25% dari luas Kalsel sendiri, dan bahkan beberapa daerah harus
ditempuh dengan menggunakan jalur laut. Dari total anggaran APBD sebesar
Rp1 T, kita hanya bisa menyelesaikan perbaikan jalan sebesar 10-20%
dalam setahun,” ujarnya panjang lebar.
Dari itu, tambahnya,
kita menerapkan kebijakan bagi setiap perusahaan di Kotabaru yang
memakai fasilitas jalan Kabupaten, wajib turut berpartisipasi dengan
pemerintah dalam hal merawat dan memperbaiki jalan, dengan cara
menyumbang material atau lainnya.
Dan itu sudah dipatuhi oleh
beberapa perusahaan di Kotabaru. Katanya, untuk tahun 2011 tadi pihak
perusahaan Arutmin sudah memberikan bebatuan di jalan Desa Gedambaan,
dan pihaknya yang kemudian melakukan pengerasan. “Ya, secara bertahaplah
kita usahakan pembangunan jalan di Kobataru.”ujarnya.
Dia
melanjutkan, selama ini ada dua kendala besar untuk pembangunan jalan di
Kabupaten Kotabaru, yang pertama adalah masih kurangnya dana, dan yang
kedua adalah luasan dareah Kotabaru sendiri. Memang ada solusi, yakni
dengan merubah status jalan dari milik Kabupaten menjadi milik Provinsi,
hanya langkah tersebut sangat sulit diwujudkan.
Maka dari itu,
dia sangat mengharapkan pengertian masyarakat betapa selama ini Pemda
sudah mengupayakan usaha yang maksimal bagi kelacaran warga dalam
bertransportasi. Memang peningkatan ekonomi warga sendiri sangat
ditunjang dengan kondisi jalan yang memadai dan layak pakai, sehingga
jalur distribusi barang dan jasa akan lancar. (mr-119)
Kecamatan Pamukan Barat Kotabaru Tidak Berlistrik
PULUHAN TAHUN TAK BER-PLN
Asmail: Kalau sudah gelap-gulita maka itu Kalsel
JCOAL Resources Development Division: Tahun 2010 ekspor batubara sudah mencapai angka 256 juta ton
KOTABARU – Pembakal Desa Mekar Jaya, Udin, hari Kamis (05/01)
mengatakan kepada Radar Banjarmasin bahwa sejak zaman Orde Baru sampai
sekarang, warga Kecamatan Pamukan Barat, yang dapat ditempuh sekitar 8
jam dari Kotabaru dengan menggunakan kapal laut ini, belum menikmati
fasilitas listrik dari PLN.
“Memang ada fasilitas listrik tapi
itu tidak bisa diharapkan, sering sekali mati, adanya juga baru 2
tahunan ini. Kami tanya, ke PLN Kotabaru, katanya itu bukan milik
pemerintah tapi milik swasta,” ujarnya.
Padahal, katanya, desa
tetangga mereka yang masuk wilayah Kalimantan Timur terang-benderang
kalau malam. Kenyataan tersebut, tambahnya, sangat mengganggu tingkat
perkembangan perkonomian juga aktifitas warga sehari-hari. Ironisnya,
Kecamatan Pamukan Barat terkenal dengan sumbangan Sumber Daya Alamnya
dalam bidang pertanian juga kelautan
Menyikapi permasalahan
warga tersebut maka Radar segera menuju ruangan DPRD Kotabaru. Disana
didapat keterangan yang mencengangkan dari anggota komisi 2 fraksi PKS,
Asmail, bahwa memang selama ini DPRD sudah mengajukan keluhan warga
kepada Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasiolal) dan Lemhanas
(Lembaga Pertahanan Nasional) tahun 2011 kemarin, namun belum ada
jawaban samasekali.
“Anda bayangkan, coba, sejak zaman orde
baru, yang berdiri disana hanya tiang listrik saja, sedangkan sampai
sekarang PLN belum masuk. Jadi kalau anda berjalan ke sana kala malam
hari dari arah Kaltim, maka hanya satu tandanya apabila anda sudah masuk
daerah Kalsel, yaitu tidak adanya lampu setelah sebelumnya melewati
Kaltim yang terang-benderang”, ujar anggota komisi 2 ini masgul.
Dia tidak habis mengerti dengan kinerja pemerintah pusat, karena
seperti diketahui, Kabupaten Kotabaru termasuk salah satu penghasil
energi di kawasan Indonesia. Kalau seperti ini, tambahnya, nanti malah
akan menimbulkan kesenjangan sosial dari warga dareah, dan kalau itu
sudah terjadi maka ketahanan nasional akan rapuh. Jadi, jangan salahkan
kalau kasus seperti pisahnya Aceh dan Papua akan terulang.
Memang dari hasil penelitian wartawan dari berbagai situs dan
literature, didapat fakta kalau Kotabaru merupakan salah satu pengahasil
energi terbesar di Indonesia, selain daerah Bukit Asam (Sumatra
Selatan), Sungai Berau (Kalimantan Timur), dan Umbilin (Sumatra Barat).
Dan Indonesia sendiri, dalam kancah perdagangan internasional, menempati
peringkat ke-2 dalam bidang eksportir batubara, meski cadangan batubara
hanya sebesar 0,6% dari total cadangan batubara dunia.
Meski
merupakan salah satu kawasan yang menghasilkan energi cukup besar
ternyata masih ada daerah, satu kecamatan (Pamukan Barat, Red), belum
menikmati fasilitas lsitrik secara maksimal. Hal tersebut sepertinya
disebabkan karena Indoensia sendiri kebanyakan mengekspor sumber-sumber
energi ke luar negeri, alih-alih memanfaatkannya untuk konsumsi warga
pedesaan yang masih kekurangan penerangan listrik.
Perkiraan di
atas didukung dengan adanya catatan dalam sebuah jurnal berjudul JCOAL
Resources Development Division. Dalam jurnal tersebut dikatakan bahwa
ekspor batubara ke luar negeri terus mengalami peningkatan dari setiap
tahun. Sekitar 16 tahun lalu, ekspor hanya 13 juta ton pertahun, dan
pada tahun 2010 ekspor sudah mencapai angka 256 juta ton pertahun.
(mr-119)
Kakek Pemecah Batu dari Kotabaru, Desa Gedambaan
BERTAHUN, KAKEK MEMECAH BATU
KOTABARU – Apabila anda berjalan-jalan ke Desa Gedambaan RT 12
Kecamatan Pulau Laut Utara maka tepat di pinggir jalan raya anda akan
melihat seorang pria tua berumur 70 tahun yang setiap hari bekerja
memecah batu-batuan gunung sekedar bisa makan sehari-hari.
Sudah bertahun-tahun kakek ini memecahkan batu berkubik-kubik dalam sehari. Sedangkan satu ret batu (sekitar satu
bak truk) hanya dihargai sebesar Rp50 ribu. Istrinya, Bahariyah,
mengaku sangat khawatir dengan kondisi suaminya, dengan usia lanjut
masih harus memecah bebatuan gunung setiap hari.
Ba’du, demikan
kakek tua pemecah batu ini biasa dipanggil oleh tetangganya. Meski
sudah berusia lanjut pekerjaan itu harus dilakukannya karena untuk
pekerjaan lain seperti bertani dan menangkap ikan, dia tidak punya
modal.
“Seperti apa lagi, kalau tidak begitu kami tidak bisa
makan, mana barang-barang makanan dari hari-kehari semakin mahal saja,”
ujar Ba’du kepada Radar Banjarmasin, Rabu (04/01). Sambil bercerita,
tangannya tampak terampil mengayunkan palu kecil ke arah bebatuan besar,
sehingga batu-batu besar itu pecah menjadi serpihan-serpihan kecil
untuk digunakan kambali oleh orang kota sebagai salah satu bahan
bangunan.
Dari itu pasangan manula ini sangat berharap dari
bantuan Pemda setempat agar kondisi kehidupan mereka mendapat perhatian
khusus. Sudah lama, katanya, mereka mengharapkan bantuan dari pemerintah
tapi belum ada pihak yang peduli. (mr-119)
Kepiting Kotabaru Semakin Sedikit
Kepiting Terancam Punah
KOTABARU – Kalau sekitar 6 tahun yang lalu para pengusaha kepiting di
Desa Gedambaan Kecamatan Pulau Laut Timur bisa mendapatkan sekitar 8 ton
kepiting tambak dari para penangkap dalam seminggu, sekarang para
pengusaha tesebut banyak gulung tikar, pasalnya dalam sehari mencari 50
kg kepiting saja sangat sulit.
Heri (60), warga Desa Gedambaan menuturkan kepada Radar Banjarmasin,
Rabu (04/01), kalau dia terpaksa harus menghentikan usaha penjualan
ekspor kepiting ke Jawa karena pasokan dari alam sudah sangat langka.
Dulu, sekitar 6 tahun yang lewat, dia biasa mendapatkan berton-ton
kepiting dari para penangkapan di desa Bekambit, Kapis, dan Sungai Limu
yang masuk Kecamatan Sebuku.
“Gimana tak habis, mas, kalau
masyarakat mencari kepiting tidak pandang bulu, yang kecil seperti korek
juga habis diambil. Kalau dulu, saya mudah mendapatkan kepiting dengan
ukuran sebesar piring makan, sekarang kecil-kecil seperti bungkus
rokok,” ujar pria berdarah Jawa ini.
Dia menyayangkan sikap
masyarakat yang menangkap kepiting secara besar-besaran itu, sehingga
kelangsungan hidup kepiting sendiri terancam punah. Dan, tambahnya,
kalau ini tidak segera disikapi oleh pemerintah setempat maka bukan
mustahil anak-cucu nanti tidak akan kenal lagi dengan nikmatnya rasa
kepiting tambak asal Kotabaru.
Sedangkan beberapa warga
Kotabaru sendiri yang pernah berpengalaman sebagai penangkap kepiting,
saat ditemui Radar, mengatakan bahwa mereka menangkap kepiting-kepiting
tambak atau kepiting itu dengan cara manual. Memasang jebakan-jebakan di
pinggir tambak kala malam hari, dan baru keesokannya diperiksa.
Memang, kata Sapri (23), hasil menangkap kepiting tidak sebesar
tahun-tahun kemarin. “Mapparri, andangi maiddi bu’ang na ri salo,
(sulit, karena tidak banyak kepiting sekarang di sungai, Red),” ujarnya
dalam bahasa Mandar. (mr-119)
Pelayanan Perawat Kotabaru Kepada Masyarakat Belum Maksimal
Perawat Terus di Bina Untuk 3S
KOTABARU – Menjawab komentar warga tentang kinerja perawat yang masih
ada kekurangan dalam menerapkan 3S (Senyum, Salam, Sapa), maka Kasi
Perawatan dan Ruangan RSUD Kotabaru, Erwin Simanjuntak membenarkan hal
tersebut.
Dia yang ditemui Radar Banjaramasin di kantornya,
Selasa (03/01), mangatakan kalau kinerja para perawat di Kotabaru tidak
bisa disamakan dengan para pegawai di
Bank yang setiap hari berurusan dengan uang. “Perawat kami kan setiap
hari menghadapi orang sakit, dengan berbagai kondisi, jadi maklum kalau
mereka kadang juga kelelahan,” ujarnya.
Pria yang murah senyum
ini, mengatakan, untuk terus meningkatkan kinerja perawat di Kobaru,
maka setiap minggu melakukan rapat dengan Kepala Perawat dan Ruangan
yang sifatnya pembinaan. Dan sekali dalam 3 bulan ada juga
pelatihan-pelatihan atau pembinaan kepada semua perawat di Kotabaru.
Dia sendiri sadar kalau tidak bisa terlalu menuntut banyak dari kinerja
para perawat. Hal itu di karenakan untuk tunjangan perawat di Kotabaru
hanya sebesar Rp500 ribu. “Bandingkan dengan tunjangan di daerah
Tenggarong, disana mencapai Rp2 juta,” ujarnya masgul.
Dari itu
dia sangat berharap kepada Pemda setempat agar memperhatikan
kesejahteraan perawat demi kelancaran tugas mereka di lapangan, utamanya
ketika para perawat berhadapan dengan berbagai ragam pasien. (mr-119)
Asrama Mahasiswa dan Pelajar Kotabaru di Mandin Dijarah Maling
Maling Asrama Beraksi Lagi
Randi: “Sejak tahun 2010 sudah tidak terhitung berapa kali maling beraksi di asrama kami”
KOTABARU – Asrama Pelajar dan Mahasiswa Kotabaru Minggu malam (01/01)
sekitar jam 23.00 gempar. Pasalnya, 10 buah kamar pelajar telah
disatroni maling. Total kerugian pun ditaksir sebesar Rp10 juta.
Ironisnya, kejadian tersbut sangat sering terjadi.
Adapun kali ini yang menjadi korban adalah Amat, Andi, A’an, Ruji, Ade,
Hendri, Eko, Agus, Yahdi dan Hasim. Mereka mengatakan bahwa sejak
ngekos disana awal tahun 2010, sudah tidak kehitung berapa kali asrama
disambangi maling. “Kami sudah sering melapor ke pihak asrama tapi tak
ada tanggapan sama sekali,” ujar Randi, Selasa (03/12).
Sedangkan pola aksi maling sendiri, tetap sama, yakni masuk lewat
jendela kosa dan menjarah barang-barang berharga seperti handhphone,
gitar, celana, sandal, dan lain-lain. Bahkan Ruji, mengatakan maling
berhasil masuk lewat jendelanya sedang dia ada tidur di dalam kos. Dan
karena pola yang sama itu, para korban pencurian menduga, maling adalah
salah satu penghuni asrama.
Untuk menyikapi itu, mereka,
katanya sudah melaporkan kepada pengelola asrama, Saini, tentang masalah
kecurian ini, sayang tidak ada tanggapan berarti. “Kami disni tidak ada
yang urus, bahkan pengelola terkesan cuek bebek saja dengan nasib kami.
Jadi kalau kami dikatakan tidak punya pengelola maka itu bisa benar,”
ujar Ruji.
Dari itu, para mahasiswa yang selama ini tinggal di
asrama demi niatan menuntut ilmu, berharap banyak dari tindakan
pemerintah Kabupaten Kotbaru agar mereka bisa tinggal dengan aman dan
nyaman. Karena, tambahnya lagi, kalau seperti ini terus mereka tidak
akan pernah bisa fokus untuk belajar, padahal keadaan ekonomi keluarga
juga tidak bisa diharapkan banyak. (mr-119)
Celana Habis Dicuri Maling
Cerita Mahasiswa Asrama Pelajar dan Mahasiswa Kotabaru
Randi, mahasiswa semester 3 Jurusan Penjaskesrek STIKIP Paris Barantai
Kotabaru, sekarang hanya memiliki satu lembar celana. Dari itu dia
bingung, apakah kalau turun kuliah nanti harus terus memakai celana yang
sama terus-menerus?
-----------
Cerita bermula
sekitar pagi Jumat (23/12) tahun kemarin. Dia yang ketika itu baru saja
pulang di rumah salah seorang teman untuk mengerjakan tugas, di
Perumanas Kodim, kaget setengah mati menakala sesampainya di asrama
Pelajar dan Mahasiswa Kotabaru, kamarnya ternyata telah di bobol maling.
Celakanya, semua celana termasuk untuk yang di pakai kuliah habis
ludes. Handphone serta beberapa bajunya juga raib dibawa. “Sepertinya
maling itu masuk lewat jendela, karena jendelanya terbuka,” ujarnya.
Total kerugian pun dia perkirakan berkisar Rp3 juta. Padahal, tuturnya,
susah payah sekali dia mengumpulkan semua barang-baranya itu,
bertahun-tahun. Mulai dari kerja di pabrik padi ketika libur kuliah
tiba, sampai menjadi kuli bangunan.
Memang putra asal Pagatan,
Tanah Bumbu, ini bukan berasal dari kelurga berpunya. Orang tuanya di
kampung hanyalah pasangan petani miskin, dan menurut kata anaknya, juga
tidak bisa banyak membantu.
Saat ditemui penulis, Minggu sore
(01/01), dia terlihat sangat kebingungan. Uang makan saja dia sudah
tidak punya. “Daripada disana bingung, mending kamu pulang saja dan
berhenti kuliah,” ujar Randi menuturkan perkataan Ibunya kala masalah
tersebut dia sampaikan.
Namun dia memilih bertahan, meminjam
uang Rp100 ribu kepada sepupunya Azmi yang bekerja sebagai buruh tambang
di Pelaihari. Rencananya dalam waktu-waktu dekat ini dia akan kembali
bekerja sebagai buruh bangunan untuk sekedar bisa makan esok hari.
Adapun pihak asrama sendiri, katanya, tidak banyak komentar tentang
adanya maling pakaian di Asrama Pelajar dan Mahasiswa itu. Pihak asrama,
kata sebagian mahasiswa, selama ini memang terkesan cuek dalam
menyikapi segala macam masalah mahasiswa yang nginap .
Ironisnya, Randi berutur kalau kejadian itu sudah terulang sebanyak dua
kali. Dia yang seharusnya bisa belajar dengan tenang di asrama demi
menuntut ilmu agar kelak bisa menjadi salah satu tenaga pengajar di
Kotabaru, harus menerima cerita lain. Harapannya, pihak kampus dan Pemda
bisa segera turun tangan membantu, karena jika dibiarkan terus-menerus
maka jangan salahkan kalau nanti dia dan teman-teman asrama akan
melakukan demo.
Dinas Pendidikan Kotabaru Hadapi UAN
Persiapan Dinas Hadapi Ujian Akhir Nasional
KOTABARU – Dinas Pendidikan mempunyai trik baru dalam menghadapi Ujian
Nasional yang diadakan sebentar lagi, untuk SMA dan sederajat. Dalam hal
ini Kabid Dikmen, Johansyah pada hari Senin (02/01) mengatakan kepada
Radar Banjarasmasin, kalau di hari Kamis (29/12) lalu dia mengadakan
rapat dengan semua Kepala Sekolah di Kabupaten Kotabaru, dan salah satu hasilnya adalah tiap sekolah harus mengadakan rapat kerjasama dengan orangtua tentang peningkatan kuantitas belajar siswa.
Dia mengatakan, kalau hanya pihak sekolah saja yang aktif maka bisa
saja siswa di rumah tidak maksimal belajar kalau orang tua justru tidak
menyadari betapa sulitnya menghadapi ujian nasional ini. Maka, pihaknya
segera memikirkan langkah yang tepat dalam menignkatkan efektifitas
belajar siswa, sehingga lahirlah keputusan baru yakni sekolah
bekerjasama dengan orang tua dalam meningkatkan waktu belajar anak
murid.
Selain itu, dalam rapat tersebut dia juga mewajibkan
kepada seluruh Kepala Sekolah membuat program kegiatan untuk menghadapi
ujian nasional, beserta laporannya nanti. “Hal itu kami lakukan agar
Kepala Sekolah juga turut proaktif dalam menghadapi ujian, seperti
mengadakan les tiap sore, atau lainnya. Memang tahun kemarin juga sudah
kami wajibkan, tapi sayang hanya beberapa Kepala Sekolah yang
melaksanakan,” ujarnya.
Dia yang juga pernah menjabat sebagai
Kepala Sekolah di SMAN 2 Kotabaru ini, menambahkan pada bulan Februari
nanti sekolah-sekolah menengah atas akan mengadakan praujian yang
diadakan oleh pemerintah provinsi. Setelahnya baru akan diadakan tryout
oleh Dinas Pendidikan Kotabaru dan juga sekolah, sehingga minimal tiap
sekolah akan melaksanakan tes praujian sebanyak 3 kali. (mr-119)
DPRD Kotabaru Minta Dana Segera Diberikan
PEMDA Segera Bentuk PPTK
KOTABARU – Ketua DPRD Kabupaten Kotabaru, Alpidri Supiannor ST M Ap,
saat ditemui di sela-sela aktifitas Rapat Paripurna, Senin (02/01),
mengatakan kalau pihak DPRD mengusulkan kepada Pemda Kotabaru agar
anggaran dana APBD tahun 2012 kalau bisa segera direalisasikan. Hal itu,
katanya, demi menunjang kinerja mereka dalam melaksanakan berbagai
macam program untuk tahun 2012.
Apabila dana tersebut bisa segera direalisasikan oleh Pemda dengan
membuat PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan), maka
pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya sudah di rencanakan di tahun 2011
bisa segera dilaksanakan. Dengan itu, tambahnya, para masyarkat pasti
akan senang apabila program-program DPRD tidak tertunda dengan alasan
klasik, seperti belum adanya dana dari pemerintah.
Maka pada
hari itu juga, Radar Banjarmasin segera menemui Sekda Pemda Kotabaru, H
Suriansyah, di kantornya. Dia yang terkenal taat pada agama ini
mengatakan kepada Radar bahwa tanpa diusulkan pun pihaknya pasti akan
segera membentuk PPTK demi kelancaran program Pemda sendiri. “Kami,
segera akan membentuk tim PPTK itu demi kelancaran,” ujarnya.
Mendengar hal yang demikan terang saja pihak DPRD Kotabaru menyambut
gembira perkataan Sekda tersebut. Mereka berharap, agar perkataan itu
segera diwujudkan. Dan dengan sambutan dari Pemda yang diwakili oleh
Sekda itu, dianggap sebagai bentuk kepedulian yang sangat baik oleh
pihak DPRD. (mr-119)
Langganan:
Postingan (Atom)