Jumat, 03 Februari 2012

Kisah Rifai, "Spider Kid" Asal Kotabaru di Musim Langsat

Kisah Rifai, "Spider Kid" Asal Kotabaru di Musim Duku

Bantu Orang Tua, Menikmati Pemandangan dari Ketinggian

Pa'i sedang asik petik langsat
Jika warga Jakarta pernah heboh dengan aksi-aksi Fitriyah (10) ”Spider Kid” asal Ciputat yang hobi memanjat tower listrik. Maka di Kotabaru, juga ”Spider Kid” yang seusia Fitri. Namanya Rifai. Tapi hobinya jauh lebih bermanfaat, seperti apa?
Yan, Kotabaru

Ketika teman-teman sebayanya sedang asik bermain di lapangan bola atau berenang di laut yang asin, Pa’i -demikian ia biasa disapa- Pelajar kelas 4 SD dengan postur mungilnya, Kamis (2/2) kemarin justru berada di atas pohon langsat (duku, Red) setinggi 7 meter-an. Tanpa pengaman dan alat bantu, ia memanjat pohon demi membantu orang tua.

 
Pa’i (10) adalah anak ke 3 dari 5 bersaudara, putra pasangan Bowo dan Sarliah. Di musim langsat seperti sekarang ini, ia merelakan waktu bermainnya habis diatas pohon.
Seperti sore kemarin, dengan masih menggunakan celana sekolah, dia dengan berbekal sebuah keranjang yang diikat dengan tali, dengan lincah mengumpulkan buah langsat.

 
Pluk, pluk, pluk, suara langsat yang dia taruh ke dalam keranjang, terdengar dari bawah pohon. “Kalau sudah penuh tolong turunkan ke bawah keranjangnya,” ujar Suli seorang pembeli.
Pa’i tidak sendiri, dia ditemani Sarliah, ibunya. “Kalau sedang musim langsat, anak-anak tanpa disuruh pasti akan membantu. Selain dia, biasanya si kakak, Nurdin, yang setahun lebih tua juga membantu saya mengumpulkan hasil panen,” ujarnya.

 
Ketika ditanya, apakah tidak khawatir anaknya yang masih kecil itu memanjat pohon tinggi tanpa pengaman, dia menggelengkan kepalanya. “Anak-anaknya belum pernah terjatuh dari pohon, lagi pula kalau pohonnya tinggi yang memanjat bapaknya,” ujar Sarliah. Ayah Pa’i, Bowo sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek.

 
Sedangkan Pa’i sendiri ketika ditanya, mengatakan kalau urusan panjat-memanjat itu adalah hal kecil, karena sudah terbiasa. Lagian juga, tambah anak Desa Sarang Tiung Kecamatan Pulau Laut Barat –sekitar 14 kilometer dari pusat kota kabupaten, diatas pohon pemandangannya indah sekali. “Disini semua keliatan om, ada pantai, ada bagang juga. Jadi ya, asik saja,” ujarnya tersenyum.

 
Selain itu dia sendiri mengaku merasa bangga bisa membantu orang tua. Katanya, hanya pada musim langsat seperti ini keluarganya bisa sedikit meresakan untung lumayan. Kalau hari-hari biasa, keadaan ekonomi mereka sangat pas-pasan. Jadi, tambahnya, apa salahnya sebulan dalam setahun tidak bermain agar bisa memungut buah langsat sehingga tidak busuk di pohon.

 
Memang, tutur Sarliah, pemanenan langsat tidak bisa dilakukan sendiri, karena buahnya sangat cepat proses matangnya. Wanita paruh baya ini pada musim buah tahun ini, membeli 20 batang pohon langsat di perkebunan seorang warga setempat. Buah dari 20 pohon itu diborong seharga Rp10 juta. 


Setelah dipetik, ia menjual lagi buah tersebut, baik kepada pedagang, maupun menjual sendiri kepada pembeli. Seperti sore kemarin, beberapa orang yang kebetulan lewat, mampir dan membeli. ”Hitung-hitungan kasar, kalau semuanya habis, untungnya sekitar Rp5 juta,” ujarnya (yn/bin) baca juga disini

2 komentar:

  1. Salut pada Rifai,masih kecil sdh membantu orang tuanya

    Salam knl dari Anak desa sebrang

    BalasHapus
  2. salam kenal juga buat rifa'i... mudahan ada kesempatan menyambangi kotabaru

    BalasHapus