Warga Lontar Kotabaru Berharap Lisrik Siang Malam Demi Ekonomi dan Pendidikan
Ekonomi dan Pendidikan Mandeg Karena Listrik
KOTABARU – Ironis sekali nasib warga Kecamatan Pulau Laut Barat. Meski
Kotabaru termasuk salah satu kawasan penghasil energi berupa batubara,
yang juga ikut menjadikan negara Indonesia masuk peringkat ke 2 duna
dalam ekspor batubara, sayang warga Kecamatan Pulau Laut Barat sampai
sekarang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat akibat tidak adanya
listrik di siang hari.
Praktis, para warga yang menjalankan
usahanya dengan mengandalkan listrik hanya bisa buka mulai pukul 18.00
sore, itu pun hanya sampai sekitar pukul 23.00 malam, karena warga tidak
mungkin beraktifitas hingga tengah malam. “Ya, usaha pengetikan,
fotokopi, print, juga cetak foto, hanya bisa dilaksanakan kalau malam,
padahal untungnya lumayan apabila siang juga bisa buka,” ujar Masdar,
seorang guru.
Sedangkan di daerah tersebut terdapat pelabuhan
batubara terbesar di kawasan Asia Tenggara yakni PT IBT (Indonesian Bulk
Terminal). Dimana menurut salah satu pekerja disana yang namanya
engggan disebutkan, bahwa salah satu mesin perusahaan sering tidak
dipakai dan itu bisa digunakan untuk menyinari kawasan Lontar (ibukota
Pulau Laut Barat, Red) dan daerah-daerah lainnya di Pulau Laut Barat.
Padahal, katanya, seandainya PT IBT mau bermurah hati untuk memberikan
salah satu mesinnya kepada warga maka itu bisa menjadi salah satu
elternatif pemecahan masalah listrik di siang hari. “Kan, kalau malam
bisa pakai mesin PLN, dan kalau pagi bisa memakai mesin perusahaan,”
ujarnya.
Belum lagi jika kita mendengar cerita para guru di
Lontar, mereka sering sekali mengeluh ketika bertugas di malam hari,
saat mata mengantuk, lampu listrik malah sering padam. Sedangkan
laboratorium-laboratorium bahasa yang seyogyanya menjadi wadah anak
belajar kala siang hari, terpaksa hanya bisa dioperasionalkan sesekali,
dengan menggunakan mesin sekolah.
“Gimana anak kami bisa
menyaingi anak di kota yang sudah menikmati berbagai fasilitas
elektronik untuk menunjang percepatan pembelajaran mereka, apabila
fasilitas vital berupa listrik belum bisa dinikmati siang hari,” ujar
Zainal Abidin, tenaga pengajar di SMPN 1 Pulau Laut Barat.
Dari
itu para warga disana sangat berharap dari tindakan Pemda setempat agar
dengan serius menyikapi permasalahan tahunan ini. Jangan samapai,
katanya, kekecewaan warga memuncak. Bahkan, katanya, warga Desa Kampung
Baru sudah sering mendatangi kantor PLN Lontar, mendemo pemasalahan ini.
Namun katanya, alasan PLN, selalu sama, yakni mesin sudah tua jadi
sering rusak.
Dan ketika Radar Banjarmasin mencoba mencari
keterangan ke pihak PLN sore Sabtu (07/01), maka didapati keadaan PLN
sangat lengang. Ketika seorang warga menununjukkan rumah salah satu
petugas PLN, Radar hanya mendapatkan keterangan dari anak petugas, bahwa
ayahnya sedang keluar dan tidak tahu kapan baru pulang.
Sangat
disayangkan memang, padahal Indonesia dari catatan dalam sebuah jurnal
berjudul JCOAL Resources Development Division, dikatakan bahwa ekspor
batubara ke luar negeri terus mengalami peningkatan setiap tahun.
Sekitar 16 tahun lalu, ekspor hanya 13 juta ton pertahun, dan pada tahun
2010 ekspor sudah mencapai angka 256 juta ton pertahun.
Dengan
kata lain, sebenarnya negara kita mempunyai energi yang sangat
melimpah, hanya sayang rupanya pemerintah lebih memilih menjualnya ke
pasar dunia, tentu saja dengan alasan keuntungan. Alih-alih
memanfaatkannya untuk percepatan peningkatan ekonomi lokal dan
peningkatan mutu pendidikan melalui layanan jasa berupa pengadaan
listrik setiap daerah, utamanya pedesaan. (mr-119)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar