Sabtu, 14 Januari 2012

Warga Lontar Kotabaru Berharap Lisrik Siang Malam Demi Ekonomi dan Pendidikan

Ekonomi dan Pendidikan Mandeg Karena Listrik

KOTABARU – Ironis sekali nasib warga Kecamatan Pulau Laut Barat. Meski Kotabaru termasuk salah satu kawasan penghasil energi berupa batubara, yang juga ikut menjadikan negara Indonesia masuk peringkat ke 2 duna dalam ekspor batubara, sayang warga Kecamatan Pulau Laut Barat sampai sekarang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat akibat tidak adanya listrik di siang hari.

Praktis, para warga yang menjalankan usahanya dengan mengandalkan listrik hanya bisa buka mulai pukul 18.00 sore, itu pun hanya sampai sekitar pukul 23.00 malam, karena warga tidak mungkin beraktifitas hingga tengah malam. “Ya, usaha pengetikan, fotokopi, print, juga cetak foto, hanya bisa dilaksanakan kalau malam, padahal untungnya lumayan apabila siang juga bisa buka,” ujar Masdar, seorang guru.

Sedangkan di daerah tersebut terdapat pelabuhan batubara terbesar di kawasan Asia Tenggara yakni PT IBT (Indonesian Bulk Terminal). Dimana menurut salah satu pekerja disana yang namanya engggan disebutkan, bahwa salah satu mesin perusahaan sering tidak dipakai dan itu bisa digunakan untuk menyinari kawasan Lontar (ibukota Pulau Laut Barat, Red) dan daerah-daerah lainnya di Pulau Laut Barat.

Padahal, katanya, seandainya PT IBT mau bermurah hati untuk memberikan salah satu mesinnya kepada warga maka itu bisa menjadi salah satu elternatif pemecahan masalah listrik di siang hari. “Kan, kalau malam bisa pakai mesin PLN, dan kalau pagi bisa memakai mesin perusahaan,” ujarnya.

Belum lagi jika kita mendengar cerita para guru di Lontar, mereka sering sekali mengeluh ketika bertugas di malam hari, saat mata mengantuk, lampu listrik malah sering padam. Sedangkan laboratorium-laboratorium bahasa yang seyogyanya menjadi wadah anak belajar kala siang hari, terpaksa hanya bisa dioperasionalkan sesekali, dengan menggunakan mesin sekolah.

“Gimana anak kami bisa menyaingi anak di kota yang sudah menikmati berbagai fasilitas elektronik untuk menunjang percepatan pembelajaran mereka, apabila fasilitas vital berupa listrik belum bisa dinikmati siang hari,” ujar Zainal Abidin, tenaga pengajar di SMPN 1 Pulau Laut Barat.

Dari itu para warga disana sangat berharap dari tindakan Pemda setempat agar dengan serius menyikapi permasalahan tahunan ini. Jangan samapai, katanya, kekecewaan warga memuncak. Bahkan, katanya, warga Desa Kampung Baru sudah sering mendatangi kantor PLN Lontar, mendemo pemasalahan ini. Namun katanya, alasan PLN, selalu sama, yakni mesin sudah tua jadi sering rusak.

Dan ketika Radar Banjarmasin mencoba mencari keterangan ke pihak PLN sore Sabtu (07/01), maka didapati keadaan PLN sangat lengang. Ketika seorang warga menununjukkan rumah salah satu petugas PLN, Radar hanya mendapatkan keterangan dari anak petugas, bahwa ayahnya sedang keluar dan tidak tahu kapan baru pulang.

Sangat disayangkan memang, padahal Indonesia dari catatan dalam sebuah jurnal berjudul JCOAL Resources Development Division, dikatakan bahwa ekspor batubara ke luar negeri terus mengalami peningkatan setiap tahun. Sekitar 16 tahun lalu, ekspor hanya 13 juta ton pertahun, dan pada tahun 2010 ekspor sudah mencapai angka 256 juta ton pertahun.

Dengan kata lain, sebenarnya negara kita mempunyai energi yang sangat melimpah, hanya sayang rupanya pemerintah lebih memilih menjualnya ke pasar dunia, tentu saja dengan alasan keuntungan. Alih-alih memanfaatkannya untuk percepatan peningkatan ekonomi lokal dan peningkatan mutu pendidikan melalui layanan jasa berupa pengadaan listrik setiap daerah, utamanya pedesaan. (mr-119)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar