Sabtu, 21 Januari 2012

STIKIP Paris Barantai Kotabaru Ringankan Biaya

STIKIP BERI KELONGGARAN PADA MAHASISWA

KOTABARU – Dalam peraturan Dikti, disebutkan bahwa bagi universitas swasta pembayaran iuran mahasiswa dibawah Rp1,5 juta akan membuat kampus mengalama perkembangan finansial yang kurang sehat, namun STIKIP Paris Barantai berani mengabaikan hal tersebut dengan memberikan beban iuran satu semester unutk mahasiswa sebesar Rp1,25 juta.

Itu dikatakan oleh Ketua Pembantu 2 STIKP Paris Barantai Kotabaru, Rony Safrtiansyah, kepada Radar Banjarmasin beberapa hari yang lewat dikantornya. Dalam pertemuan itu dia mengaku bahwa meski memang kalau dalam menetapkan peraturan pembayaran mahasiswa dibawah standar akan membuat perkembangan kampus menjadi lambat, namun itu ditetapkan dengan menimbang segi perokonomian orang tua mahasiswa sendiri yang kebanyakan bukan dari kalangan berada.

Meski sudah demikian, dari wawancara Radar Barnjarmasin masih banyak mahasiswa STIKIP yang menunggak pembayaran, bahkan ada yang sampai satu semester. Sebut saja Randi, mahasiswa STIKIP jurusan Penjaskesrek, kepada Radar dia mengatakan kalau sudah satu semester nunggak pembayaran. “Ya, mau gimana, orang tua saya saja kesulitan makan di rumah, apalagi membayar uang semester,” ujarnya masgul.

Para mahasiswa lainnya yang menunggak juga mempunyai alsan sama. Ada memang sebagian dari mereka berusaha memenuhi kewajiban tersebut dengan cara bekerja sampingan, sehingga praktis mereka kuliah sambil kerja. Sayang, katanya, uang bayaran dari tempat bekerja hanya cukup menutupi kebutuhan sehari-hari.

Meyikapi hal tesebut, Rony mengatakan kalau pihak kampus sendiri memberikan kelonggaran keapada mahasiswa besangkutan dengan cara melaporkan permasalahan kepada pihak kampus, dan kalau memang alasan yang diberikan memang dianggap patut ditolerir, biasanya pihak kampus akan memberikan tenggat waktu sampai mahasiswa bisa melunasi tunggakan.

Maka dari itu pihak kampus sendiri menyadari kalau menerapkan aturan pembayaran seperti yang dikatakan Dikti, rupanya sulit diterapkan di kampus. Sedangkan menerapkan biaya dibawah standar saja masih banyak mahasiswa yang nuggak apalagi kalau dinaikkan dari tarif yang sekarang telah diberlakukan. Dan akibatnya, kata Rony, pembangunan kampus dalam hal sarana prasarana agak terlambat dari waktu yang diharapkan. (mr-119)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar