Kepiting Kotabaru Semakin Sedikit
Kepiting Terancam Punah
KOTABARU – Kalau sekitar 6 tahun yang lalu para pengusaha kepiting di
Desa Gedambaan Kecamatan Pulau Laut Timur bisa mendapatkan sekitar 8 ton
kepiting tambak dari para penangkap dalam seminggu, sekarang para
pengusaha tesebut banyak gulung tikar, pasalnya dalam sehari mencari 50
kg kepiting saja sangat sulit.
Heri (60), warga Desa Gedambaan menuturkan kepada Radar Banjarmasin,
Rabu (04/01), kalau dia terpaksa harus menghentikan usaha penjualan
ekspor kepiting ke Jawa karena pasokan dari alam sudah sangat langka.
Dulu, sekitar 6 tahun yang lewat, dia biasa mendapatkan berton-ton
kepiting dari para penangkapan di desa Bekambit, Kapis, dan Sungai Limu
yang masuk Kecamatan Sebuku.
“Gimana tak habis, mas, kalau
masyarakat mencari kepiting tidak pandang bulu, yang kecil seperti korek
juga habis diambil. Kalau dulu, saya mudah mendapatkan kepiting dengan
ukuran sebesar piring makan, sekarang kecil-kecil seperti bungkus
rokok,” ujar pria berdarah Jawa ini.
Dia menyayangkan sikap
masyarakat yang menangkap kepiting secara besar-besaran itu, sehingga
kelangsungan hidup kepiting sendiri terancam punah. Dan, tambahnya,
kalau ini tidak segera disikapi oleh pemerintah setempat maka bukan
mustahil anak-cucu nanti tidak akan kenal lagi dengan nikmatnya rasa
kepiting tambak asal Kotabaru.
Sedangkan beberapa warga
Kotabaru sendiri yang pernah berpengalaman sebagai penangkap kepiting,
saat ditemui Radar, mengatakan bahwa mereka menangkap kepiting-kepiting
tambak atau kepiting itu dengan cara manual. Memasang jebakan-jebakan di
pinggir tambak kala malam hari, dan baru keesokannya diperiksa.
Memang, kata Sapri (23), hasil menangkap kepiting tidak sebesar
tahun-tahun kemarin. “Mapparri, andangi maiddi bu’ang na ri salo,
(sulit, karena tidak banyak kepiting sekarang di sungai, Red),” ujarnya
dalam bahasa Mandar. (mr-119)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar