Sabtu, 14 Januari 2012

Kepiting Kotabaru Semakin Sedikit

Kepiting Terancam Punah

KOTABARU – Kalau sekitar 6 tahun yang lalu para pengusaha kepiting di Desa Gedambaan Kecamatan Pulau Laut Timur bisa mendapatkan sekitar 8 ton kepiting tambak dari para penangkap dalam seminggu, sekarang para pengusaha tesebut banyak gulung tikar, pasalnya dalam sehari mencari 50 kg kepiting saja sangat sulit.

Heri (60), warga Desa Gedambaan menuturkan kepada Radar Banjarmasin, Rabu (04/01), kalau dia terpaksa harus menghentikan usaha penjualan ekspor kepiting ke Jawa karena pasokan dari alam sudah sangat langka. Dulu, sekitar 6 tahun yang lewat, dia biasa mendapatkan berton-ton kepiting dari para penangkapan di desa Bekambit, Kapis, dan Sungai Limu yang masuk Kecamatan Sebuku.

“Gimana tak habis, mas, kalau masyarakat mencari kepiting tidak pandang bulu, yang kecil seperti korek juga habis diambil. Kalau dulu, saya mudah mendapatkan kepiting dengan ukuran sebesar piring makan, sekarang kecil-kecil seperti bungkus rokok,” ujar pria berdarah Jawa ini.

Dia menyayangkan sikap masyarakat yang menangkap kepiting secara besar-besaran itu, sehingga kelangsungan hidup kepiting sendiri terancam punah. Dan, tambahnya, kalau ini tidak segera disikapi oleh pemerintah setempat maka bukan mustahil anak-cucu nanti tidak akan kenal lagi dengan nikmatnya rasa kepiting tambak asal Kotabaru.

Sedangkan beberapa warga Kotabaru sendiri yang pernah berpengalaman sebagai penangkap kepiting, saat ditemui Radar, mengatakan bahwa mereka menangkap kepiting-kepiting tambak atau kepiting itu dengan cara manual. Memasang jebakan-jebakan di pinggir tambak kala malam hari, dan baru keesokannya diperiksa.

Memang, kata Sapri (23), hasil menangkap kepiting tidak sebesar tahun-tahun kemarin. “Mapparri, andangi maiddi bu’ang na ri salo, (sulit, karena tidak banyak kepiting sekarang di sungai, Red),” ujarnya dalam bahasa Mandar. (mr-119)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar