Kecamatan Pamukan Barat Kotabaru Tidak Berlistrik
PULUHAN TAHUN TAK BER-PLN
Asmail: Kalau sudah gelap-gulita maka itu Kalsel
JCOAL Resources Development Division: Tahun 2010 ekspor batubara sudah mencapai angka 256 juta ton
KOTABARU – Pembakal Desa Mekar Jaya, Udin, hari Kamis (05/01)
mengatakan kepada Radar Banjarmasin bahwa sejak zaman Orde Baru sampai
sekarang, warga Kecamatan Pamukan Barat, yang dapat ditempuh sekitar 8
jam dari Kotabaru dengan menggunakan kapal laut ini, belum menikmati
fasilitas listrik dari PLN.
“Memang ada fasilitas listrik tapi
itu tidak bisa diharapkan, sering sekali mati, adanya juga baru 2
tahunan ini. Kami tanya, ke PLN Kotabaru, katanya itu bukan milik
pemerintah tapi milik swasta,” ujarnya.
Padahal, katanya, desa
tetangga mereka yang masuk wilayah Kalimantan Timur terang-benderang
kalau malam. Kenyataan tersebut, tambahnya, sangat mengganggu tingkat
perkembangan perkonomian juga aktifitas warga sehari-hari. Ironisnya,
Kecamatan Pamukan Barat terkenal dengan sumbangan Sumber Daya Alamnya
dalam bidang pertanian juga kelautan
Menyikapi permasalahan
warga tersebut maka Radar segera menuju ruangan DPRD Kotabaru. Disana
didapat keterangan yang mencengangkan dari anggota komisi 2 fraksi PKS,
Asmail, bahwa memang selama ini DPRD sudah mengajukan keluhan warga
kepada Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasiolal) dan Lemhanas
(Lembaga Pertahanan Nasional) tahun 2011 kemarin, namun belum ada
jawaban samasekali.
“Anda bayangkan, coba, sejak zaman orde
baru, yang berdiri disana hanya tiang listrik saja, sedangkan sampai
sekarang PLN belum masuk. Jadi kalau anda berjalan ke sana kala malam
hari dari arah Kaltim, maka hanya satu tandanya apabila anda sudah masuk
daerah Kalsel, yaitu tidak adanya lampu setelah sebelumnya melewati
Kaltim yang terang-benderang”, ujar anggota komisi 2 ini masgul.
Dia tidak habis mengerti dengan kinerja pemerintah pusat, karena
seperti diketahui, Kabupaten Kotabaru termasuk salah satu penghasil
energi di kawasan Indonesia. Kalau seperti ini, tambahnya, nanti malah
akan menimbulkan kesenjangan sosial dari warga dareah, dan kalau itu
sudah terjadi maka ketahanan nasional akan rapuh. Jadi, jangan salahkan
kalau kasus seperti pisahnya Aceh dan Papua akan terulang.
Memang dari hasil penelitian wartawan dari berbagai situs dan
literature, didapat fakta kalau Kotabaru merupakan salah satu pengahasil
energi terbesar di Indonesia, selain daerah Bukit Asam (Sumatra
Selatan), Sungai Berau (Kalimantan Timur), dan Umbilin (Sumatra Barat).
Dan Indonesia sendiri, dalam kancah perdagangan internasional, menempati
peringkat ke-2 dalam bidang eksportir batubara, meski cadangan batubara
hanya sebesar 0,6% dari total cadangan batubara dunia.
Meski
merupakan salah satu kawasan yang menghasilkan energi cukup besar
ternyata masih ada daerah, satu kecamatan (Pamukan Barat, Red), belum
menikmati fasilitas lsitrik secara maksimal. Hal tersebut sepertinya
disebabkan karena Indoensia sendiri kebanyakan mengekspor sumber-sumber
energi ke luar negeri, alih-alih memanfaatkannya untuk konsumsi warga
pedesaan yang masih kekurangan penerangan listrik.
Perkiraan di
atas didukung dengan adanya catatan dalam sebuah jurnal berjudul JCOAL
Resources Development Division. Dalam jurnal tersebut dikatakan bahwa
ekspor batubara ke luar negeri terus mengalami peningkatan dari setiap
tahun. Sekitar 16 tahun lalu, ekspor hanya 13 juta ton pertahun, dan
pada tahun 2010 ekspor sudah mencapai angka 256 juta ton pertahun.
(mr-119)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar