Sabtu, 14 Januari 2012

Kecamatan Pamukan Barat Kotabaru Tidak Berlistrik

PULUHAN TAHUN TAK BER-PLN

Asmail: Kalau sudah gelap-gulita maka itu Kalsel

JCOAL Resources Development Division: Tahun 2010 ekspor batubara sudah mencapai angka 256 juta ton

KOTABARU – Pembakal Desa Mekar Jaya, Udin, hari Kamis (05/01) mengatakan kepada Radar Banjarmasin bahwa sejak zaman Orde Baru sampai sekarang, warga Kecamatan Pamukan Barat, yang dapat ditempuh sekitar 8 jam dari Kotabaru dengan menggunakan kapal laut ini, belum menikmati fasilitas listrik dari PLN.

“Memang ada fasilitas listrik tapi itu tidak bisa diharapkan, sering sekali mati, adanya juga baru 2 tahunan ini. Kami tanya, ke PLN Kotabaru, katanya itu bukan milik pemerintah tapi milik swasta,” ujarnya.

Padahal, katanya, desa tetangga mereka yang masuk wilayah Kalimantan Timur terang-benderang kalau malam. Kenyataan tersebut, tambahnya, sangat mengganggu tingkat perkembangan perkonomian juga aktifitas warga sehari-hari. Ironisnya, Kecamatan Pamukan Barat terkenal dengan sumbangan Sumber Daya Alamnya dalam bidang pertanian juga kelautan

Menyikapi permasalahan warga tersebut maka Radar segera menuju ruangan DPRD Kotabaru. Disana didapat keterangan yang mencengangkan dari anggota komisi 2 fraksi PKS, Asmail, bahwa memang selama ini DPRD sudah mengajukan keluhan warga kepada Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasiolal) dan Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional) tahun 2011 kemarin, namun belum ada jawaban samasekali.

“Anda bayangkan, coba, sejak zaman orde baru, yang berdiri disana hanya tiang listrik saja, sedangkan sampai sekarang PLN belum masuk. Jadi kalau anda berjalan ke sana kala malam hari dari arah Kaltim, maka hanya satu tandanya apabila anda sudah masuk daerah Kalsel, yaitu tidak adanya lampu setelah sebelumnya melewati Kaltim yang terang-benderang”, ujar anggota komisi 2 ini masgul.

Dia tidak habis mengerti dengan kinerja pemerintah pusat, karena seperti diketahui, Kabupaten Kotabaru termasuk salah satu penghasil energi di kawasan Indonesia. Kalau seperti ini, tambahnya, nanti malah akan menimbulkan kesenjangan sosial dari warga dareah, dan kalau itu sudah terjadi maka ketahanan nasional akan rapuh. Jadi, jangan salahkan kalau kasus seperti pisahnya Aceh dan Papua akan terulang.

Memang dari hasil penelitian wartawan dari berbagai situs dan literature, didapat fakta kalau Kotabaru merupakan salah satu pengahasil energi terbesar di Indonesia, selain daerah Bukit Asam (Sumatra Selatan), Sungai Berau (Kalimantan Timur), dan Umbilin (Sumatra Barat). Dan Indonesia sendiri, dalam kancah perdagangan internasional, menempati peringkat ke-2 dalam bidang eksportir batubara, meski cadangan batubara hanya sebesar 0,6% dari total cadangan batubara dunia.

Meski merupakan salah satu kawasan yang menghasilkan energi cukup besar ternyata masih ada daerah, satu kecamatan (Pamukan Barat, Red), belum menikmati fasilitas lsitrik secara maksimal. Hal tersebut sepertinya disebabkan karena Indoensia sendiri kebanyakan mengekspor sumber-sumber energi ke luar negeri, alih-alih memanfaatkannya untuk konsumsi warga pedesaan yang masih kekurangan penerangan listrik.

Perkiraan di atas didukung dengan adanya catatan dalam sebuah jurnal berjudul JCOAL Resources Development Division. Dalam jurnal tersebut dikatakan bahwa ekspor batubara ke luar negeri terus mengalami peningkatan dari setiap tahun. Sekitar 16 tahun lalu, ekspor hanya 13 juta ton pertahun, dan pada tahun 2010 ekspor sudah mencapai angka 256 juta ton pertahun. (mr-119)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar