Sabtu, 21 Januari 2012

51 Ton Pisang Sulawesi Serbu Kotabaru

Pedagang Sulawasi bongkar pisang
SEMINGGU 51 TON PISANG DARI SULAWESI KE KOTABARU

KOTABARU – Sedikitknya dalam seminggu 51 ton pisang dari Polewali Mamasa Sulawesi Barat masuk ke pasar harian Kotabaru. Itu dikatakan oleh Jamal, seorang penujual pisang asal Sulawesi, beberapa hari yang lewat kepada Radar Banjarmasin.

Dia mengaku kalau dalam seminggu bisa 3 kali membawa pisang, dimana sekali membawa kapalnya bisa memuat pisang sebanyak 17 ton, dan itu dijual kepada pedagang pisang di Kotabaru.

Selanjutnya dia menceritakan kalau dalam 17 ton dia menghabiskan dana sekitar 30 juta rupiah, mulai dari membeli pisang dari para petani di Sulawasi hingga ongkos perjalanan sampai ke pelabuhan Kotabaru.

Dan ketika sampai di pelabuhan maka itu menjadi pekerjaan pembeli yang sudah menanti kapalnya merapat, mengangkat pisang dari pelabuhan ke dalam pasar. Saat semua itu selesai, dia mengaku bisa mengantongi keuntungan sebesar Rp10 juta.

Sedangkan ketika Radar Banjarmasin menanyakan hal itu kepada para pedagang pisang di pasar, mereka memang biasa membeli pisang dari Sulawasi tersebut, karena untuk produksi lokal petani Kotabaru belum bisa memenuhi kebutuhan pasar. Praktis, untuk memenuhi kebutuahan pasar, mereka membeli dari luar daerah. Dan disamping itu, mereka juga menambahkan alasan dalam memilih buah pisang dari Sulawasi salah satunya karena harganya yang bersaing dengan pisang lokal.

“Terkadang ulun lebih memilih pisang dari Sulawasi karena harganya yang murah. Beberapa hari yang lewat, ulun membeli satu tandan pisang dari Gedambaan itu Rp8 ribu, sedangkan yang dari Sulawasi hanya Rp7 ribu,” ujar Hamdah seorang pedagang pisang di pasar Kotabaru.

Menurut para pekerja di pelabuhan yang sempat ditemui Radar, didapat keterangan kalau selama ini masuknya buah-buah dari luar daerah di Kotabaru lebih mudah dan murah sebab perairan Kotabaru yang langsung bisa dicapai dengan efisisen baik dari daerah Jawa maupun Sulawasi. Kata mereka, hanya dengan kapal kecil para penjual dari Sulawasi dan Jawa sudah bisa membawa barang mereka masuk ke Kotabaru.

Bandingkan, tambah mereka, kalau para petani buah dari dareah Pulau Laut Barat. Mereka terkadang seharian baru sampai ke Kotabaru sebab keadaan jalan yang kurang memadai, sedangkan para pedagang dari Sulawasi hanya memakan waktu sehari semalam berlayar untuk mencapai pelabuhan pasar Kotabaru. Sedangkan seperti diketahui jumlah produksi di Sulawasi memang lebih banyak daripada Kotabaru. (mr-119)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar